Suara Tiwi bergetar. "Kita tidak bisa bertahan hidup di sini. Kita tidak punya persediaan---tidak ada makanan atau air. Yang kita punya hanyalah apa yang nempel di badan dan kelapa pahit. Belum lagidarah kita akan dihisap sampai kering oleh nyamuk. Nyamuk di sini mungkin sebesar burung gagak."
Zaki mengambil sepotong kayu tipis dan menyodok melalui gundukan lumpur kering di sisi pohon kelapa. Dia memasukkan tangannya ke dalam lubang dan perlahan menariknya keluar. Sekelompok rayap yang menggeliat memanjat tangannya.
Tiwi melompat mundur. "Ya ampun, Zak. Apa kamu sudah gila?"
Miko mengangguk dan menggosok dagunya. "Zaki emang laki-laki macho, nyalinya gede. Thumbs up dari gue."
Pasukan rayap berubah menjadi lumpur cokelat setelah Zaki menggosok kedua tangannya. Tiwi meringis saat Zaki mengoleskan salep rayap ke seluruh wajah, lengan, dan kakinya seperti lotion anti ultra violet.
Miko tersenyum lebar. "Mungkin Tiwi bisa bantuin lu luluran seluruh body, bro."
"Setelah aku lulurin kamu, Mik," balas Tiwiu. "Jadi, ada apa dengan jus rayap itu?"
"Ini pengusir serangga asli produksi dalam negeri." Zaki menyeringai, menyeka tangannya ke baju dan celana pendeknya. "Penduduk asli di seluruh dunia telah menggunakannya selama berabad-abad."
Pintar, cerdas, jenius malah. Benar-benar cowok serba bisa.
Lotion d'rayap ide yang bagus, hanya saja Tiwi tidak ingin gel anti nyamuk yang biasa dia pakai diganti dengan serangga yang tergencet.