Jejak gelembung udara meletus ke permukaan. Melihat tubuh Miko yang atletis dan kecokelatan menghilang di kedalaman, Tiwi menggigit bibirnya pertanda khawatir yang dalam.
"Kita harus menyusul Miko," katanya menatap Zaki, menunggu jawaban.
"Dengar, kita hanya akan menghalangi. Miko adalah kesempatan terbaik kita untuk menemukan jalan keluar."
Gadis itu menatap jaket pelampung Miko yang terombang-ambing di riak permukaan air. "Bagaimana jika air berubah menjadi warna gelap? Dia akan buta seperti axolotl, kelelawar, dan teripang digabung menjadi satu."
Tatapan Zaki tertuju padanya. "Ini baru tiga puluh detik. Jika ada yang bisa melakukan ini, sudah pasti Miko. Ingat, dia adalah free diver yang berpengalaman. Dia sudah menyelam selama berapa tahun, ingat?"
Tiwi berharap Zaki benar, tetapi entah bagaimana kata-kata Zaki gagal meyakinkannya. Dia duduk di batu di dekatnya dan memejamkan mata, menunggu Miko muncul kembali.
Detik demi detik perlahan berlalu. Pada saat lima menit terlewati, dia tak tahan lagi, menggigiti ujung jaket pelampungnya. Permukaan air tetap tenang, tidak ada riak atau gelembung yang terlihat.
Di mana Miko?
Dia berdiri dan mengintip ke dalam air.
"Apakah menurutmu dia baik-baik saja?"