Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Halim

TERVERIFIKASI

Penyair Majenun

Legenda Sang Perusak (Bab 45)

Diperbarui: 16 Juni 2023   23:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pri. Ikhwanul Halim

Berlawanan dengan keinginannya, Johan Takur sadar bahwa satu-satunya cara dia bisa terbebas pembahasan rumah duka dengan Kenang adalah dengan membawanya ke sana. Dalam rentang waktu yang singkat sejak dia menceritakan kisah-kisah itu padanya, Kenang terus-terusan mengungkitnya sampai Johan muak. Dia tahu dia tidak akan bisa menerima lebih banyak ejekan dari kenang. Tapi  dengan sedikit keberuntungan, sesuatu mungkin terjadi pada istrinya, dan dia bisa terbebas dari ejekan wanita jalang itu selamanya.

Omelan Kenang yang terus-menerus telah mendorongnya ke pelukan Ratna bertahun-tahun yang lalu. Jika Kenang tersingkir, dia tahu dia bisa menjadi lelaki yang kembali bahagia. Ratna telah menjadi segalanya baginya. Tidak hanya dia lebih molek dibanding Kenang, tetapi dia dan Ratna mempunyai banyak minat yang sama. Ratna menyukai alam bebas. kenang, di sisi lain, hobi orang yang sibuk seperti keramik dan menenun. Johan bukan jenis orang yang bisa duduk terkurung sepanjang hari. Dia perlu keluar dan berkeliling di udara terbuka tempat dia merasa sehat dan bugar.

Memikirkannya, dia berharap ada cara untuk memastikan bahwa apa pun yang ada di rumah duka akan keluar dan membuang Kenang ke neraka dengan amarah penuhnya. Sayang sekali istrinya tak memiliki riwayat penyakit jantung. Entah bagaimana, meskipun tertutup, Kenang adalah salah satu orang paling sehat yang pernah dia kenal, meski gemuk karena makan sembarang lemak.

"Apa pendapatmu tentang aku mengajak Kenang berkeliling ke rumah duka malam ini, Sayang?" Johan bertanya pada Ratna saat mereka berbaring di katil yang dia tempatkan di ruang kerjanya setahun sebelumnya.

"Setelah apa yang terjadi beberapa bulan yang lalu, aku tidak ingin kamu masuk ke sana, Johan. Tapi kemudian, kamu tahu apa yang aku pikirkan tentang istrimu. Jika secara tidak sengaja tidak berhasil kembali, aku akan menjadi orang pertama yang bertepuk tangan. Kamu akan menjadi milikku sepenuhnya."

Mendengar kata-kata itu, Johan memberinya ciuman, dan mereka melebur bersama menjadi gairah yang tidak pernah mampu dilakukan Kenang. Mereka bermain penuh gairah selama satu setengah jam sampai telepon di meja kerja tiba-tiba membuyarkan kesenangan mereka. Johan langsung tahu bahwa itu adalah Kenang, dan dia merasa sedikit jijik.

"Johan," terdengar suara Kenang membentak, menghancurkan sedikit perasaan baik yang masih tersisa dalam dirinya, "kenapa kamu belum pulang? Kamu tahu bahwa aku selalu menyiapkan makan malammu lebih awal agar kita bisa bermain kim di Sentajo."

"Aku baru saja menyelesaikan beberapa dokumen, sayang. Aku akan segera pulang. Omong-omong, bagaimana kita melewatkan saja permainan kim malam ini?"

"Apa? Kamu tahu aku menantikan permainan kim sepanjang pekan. Ada apa denganmu?"

"Tenang saja, Kenang. Kupikir kita akan melakukan perjalanan ke rumah duka yang selalu menggangguku. Mungkin akan menyenangkan, tahu."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline