Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Halim

TERVERIFIKASI

Penyair Majenun

Kelopak Mawar

Diperbarui: 11 Oktober 2022   16:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

istockphoto.com

Dia terbaring di sana, kembaran identik diriku. Lebih tua dariku sepuluh menit. Matanya terpejam dan napasnya terengah-engah. Dia berpegang teguh pada kehidupan, berjuang untuk tetap bersamaku.

Dia akan kalah. Aku tahu itu di lubuk hatiku, jauh sebelum layer monitor memberitahu.

Angin sepoi-sepoi yang hangat menerobos jendela yang terbuka di kamar rumah sakit, membawa aroma mawar yang memabukkan.

Bunga kesukaannya.

Melepaskan genggaman tangannya, aku turun dari kursi di samping tempat tidurnya dan pindah ke jendela, tiba tepat waktu untuk melihat kelopak mawar jatuh dengan lembut ke tanah yang lembap dan hangat.

Untuk sesaat aku tersenyum. Tahun-tahun menyusut dan kami menjadi anak-anak lagi....

"Cepat, Sin. Kita harus mendapatkannya sebelum berubah layu."

"Biarkan aku menyelesaikan halaman ini dulu."

"Tidak, kamu harus membantuku sekarang."

Seperti biasa, aku meletakkan buku yang sedang kubaca dan mengikuti perintahnya. Dia tidak akan berhenti sampai aku melakukannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline