Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Halim

TERVERIFIKASI

Penyair Majenun

Begal Rimba Tulang Bawang (Bab 25)

Diperbarui: 21 September 2022   08:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pri. Ikhwanul Halim

"Mustahil!" satu-satunya kata yang terus digumamkan Janar saat menatap dengan mata terbelalak tak percaya pada lelaki bertopeng itu.

Keti mengabaikan Janar yang terkejut, menyadari bahwa setiap detak sangat penting karena keberadaan mereka telah diketahui. Dia mengambil anak panah lain dari wadahnya dan memasangnya di tali busur. Tetapi sebelum dia sempat membidik sasarannya, beberapa anak panah berdesing melesat di udara ke arahnya. Beberapa penjaga juga maju merangsek ke posisi mereka.

Keti merunduk secepat kilat, tepat ketika anak-anak panah terbang melewati tempat wajahnya berada beberapa kejap yang lalu.

"Panggil yang lainnya sekarang!" dia berteriak pada Janar sambil mengawasi prajurit-prajurit yang mendekat.

Beruntung baginya, kebanyakan dari mereka sedang berusaha mengendalikan penduduk desa yang hiruk pikuk dan kini mencoba melarikan diri dari kepungan. Dia menghitung tujuh belas prajurit menuju ke arahnya dan saat matanya beralih kembali ke pria bertopeng, dia melihat lelaki itu tetap dalam posisi yang sama, dengan tangan berada di belakang punggungnya seolah tidak terganggu oleh kemunculan dia dan Janar yang tiba-tiba.

Janar mengangguk. Napasnya menggebu-gebu, darahnya berdesir di nadinya saat dia -hati menatap para penjaga yang perlahan-lahan mengelilingi mereka. Dia menangkup pipi Keti dengan kedua telapak tangan dan menatap mata gadis itu.

"Jangan mati sampai aku kembali. Pokonya jangan sampai mati, apa pun yang terjadi. Aku tidak mengizinkannya. Tunggu aku kembali," katanya dengan wajah menunjukkan kekhawatiran yang dalam.

Keti terkejut oleh sentuhan di pipinya yang tiba-tiba. Namun, yang paling menyentuhnya adalah ketulusan di mata Janar. Dia melihat bahwa begal pria itu benar-benar khawatir. Tak urung rona merah mewarnai pipinya saat dia menghindar dari tatapan mesranya.

Untuk alasan yang tidak bisa dia jelaskan, tiba-tiba dia mendapatkan kekuatan dan tekad yang baru untuk bertahan hidup. Dia merasakan api semangat mengalir dalam dirinya, membuatnya lebih waspada dan awas akan segala sesuatu di sekitarnya. Keti merasa benar-benar tak terkalahkan dan tidak ada yang bisa menghentikannya. Dia menggenggam tangan Janar, balas menatap dan mengangguk.

"Pergilah, kamu tidak akan kehilangan aku hari ini. Aku berjanji," dia meyakinkan Janar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline