Di utara alun-alun berdiri sebuah panggung yang di hadapan warga desa yang berkumpul, berdiri seorang pria memakai topeng merah. Pria yang pernah mengirim anak panahnya terbang lurus ke arah Keti tapi dengan sengaja meleset. Pria yang sama yang telah mengirim sekelompok begundal bayaran untuk mengejarnya. Pria yang ingin dikirimkan ke Neraka Asipatravana.
Berjuang untuk mengeluarkan suaranya, Keti menyentakkan jari telunjuknya ke arah alun-alun. Janar mengikuti arah telunjuk Keti dan menyipitkan matanya agar dapat melihat jarak jauh dengan lebih teliti. Dia melihat seorang pria berdiri dengan penuh percaya diri di atas panggung. Pria itu berdiri tegak dan di depan orang banyak dengan tangan di belakang punggungnya. Satu lambaian tangan dari pria itu membuat kerumunan yang berisik menjadi diam, hening tanpa suara lagi.
Bahkan dari tempat dia bersembunyi, Janar bisa merasakan aura pembunuh yang menakutkan yang terpancar dari pria bertopeng itu.
Keti akhirnya berhasil menjawab dengan suara parau, "Itu dia. Dia pembunuh yang mengincar kita semua."
Pria bertopeng itu menarik napas dalam-dalam, menahannya lama, lalu menghembuskan perlahan. Saat dia berbicara, suaranya menggelegar seperti guntur menyalak di alun-alun desa. "Warga Tudung Tenuk. Saya menyampaikan pesan kepada Anda semua atas nama Yang Mulia Baginda Raja Amerta Rudrawarman Wikrama. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Anda semua. Bahwa Anda keluar dari rumah, berhenti melakukan pekerjaan dan berkumpul di sini, menunjukkan bahwa Anda semua sangat mencintai dan menjunjung tinggi Baginda Raja. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih atas kerjasamanya."
Penduduk desa diam menyaksikan dan mendengarkan dengan penuh perhatian dengan tatapan mereka tertuju pada pria bertopeng itu. Beberapa dari mereka bahkan tidak menyadari bahwa sedang menahan napas. Perhatian penuh tak tergoyahkan tertuju pada pria bertopeng itu, kecuali anak-anak yang matanya jelalatan mencari tanda-tanda kehadiran Raja.
Pria bertopeng itu melanjutkan. "Saya yakin, banyak dari Anda di sini untuk melihat Baginda Raja, dan saya meyakinkan Anda bahwa Anda pasti akan melihat Raja, meskipun itu nanti di Nirwana."
Dengung menggumam pecah di atas kerumunan orang-orang saat mereka berbisik dan bertukar pandang kebingungan.
"Sungguh, Baginda Raja sangat peduli pada Anda semua, dan dia akan senang melihat wajah Anda jika dia memiliki kesempatan. Namun bagaimanapun juga, dia adalah Raja Diraja Sriwijaya dan memiliki urusan yang lebih penting, juga masalah-masalah lain untuk diperhatikan. Itulah sebabnya saya di sini. Saya, Pedang Raja, hadir di sini untuk mengungkapkan betapa Baginda menghargai Anda atas kepatuhan dan kerja sama Anda. Anda benar-benar teladan dan patut ditiru seluruh warga dan abdi kerajaan. Hari ini, Anda akan dikenang sebagai legenda. Pengorbanan penduduk desa ini akan diceritakan dalam dongeng untuk anak cucu dan keturunannya yang akan datang".
Penduduk desa melongo menatap bengong, benar-benar bingung dan kacau. Tak menghiraukan kurangnya pemahaman di wajah penduduk desa, pria bertopeng itu melanjutkan, "Yang saya katakan adalah Anda dan anak-anak, suami atau istri, orang tua, teman, dan keluarga Anda akan mati di sini dan sekarang."