Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Halim

TERVERIFIKASI

Penyair Majenun

Rusunawa (Bab 16)

Diperbarui: 18 September 2022   10:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pri. Ikhwanul Halim

Sudah beberapa tahun mereka tinggal di rusunawa. Kondisi keuangan Papa Rano masih belum cukup kuat untuk memindahkan mereka.

Lelaki itu menderita penyakit misterius yang menghambat aktivitasnya, membuatnya bekerja lebih sedikit dan sebagian besar uang yang dia hasilkan digunakan untuk biaya pengobatan. Bisnis sayuran Mama Rano semakin berkembang. Dia bahkan menyewa lahan kosong tak jauh dari rusunawa yang ditanaminya dengan sayur-mayur. Uang yang dia hasilkan cukup untuk menghidupi mereka berenam anak beranak. Rusunawa telah menjadi rumah bagi mereka.

Usia Rano kini enam belas tahun dan bersiap mengikuti Ujian Nasional. Sedikit demi sedikit, dia telah berhasil mengembangkan kehidupan sosialnya, tentang bagaimana dia berhubungan dengan orang lain.

Kehidupan di rusunawa berjalan seperti biasa dan menyenangkan. Suti yang telah berusia dua belas tahun lebih cerdas dari anak seusianya. Tutur kata dan pilihan diksinya yang bijaksana membuat orang mengira dia seorang gadis remaja. Tubuhnya juga berkembang layaknya putik bunga menjelma menjadi buah menjelang ranum. Kehidupan rusunawa berjalan mulus untuknya, sepertinya dia mampu memadukannya dengan kehidupan sehari-hari kaum elite.

Mama Rano seskali membawa mereka keluar dari rusunawa untuk melihat kehidupan di kota. Mereka akan bersenang-senang di mal yang berbeda setiap kalinya, menonton film dan melakukan kegiatan rekreasi lainnya. Dia ingin mereka tidak terjebak dengan pola pikir anak-anak rusunawa yang sederhana. Dia berharap mereka memiliki semuanya, dua gaya hidup yang seimbang.

***

Setiap kali Rano melihat Linda Sikumbang maka matanya langsung tertuju pada benjol besar di dahinya. Rano berusaha keras untuk menyembunyikan tawanya.

Sudah lebih dari beberapa tahun.

Saat meraup air dari ember besar dengan gayung plastik ke dalam ember kecil, dia diinterupsi dengan suara yang keras. Rano berbalik dengan cepat. Tiur-lah yang menampar Linda ketika dia akan menjatuhkan ember besar berisi piring kotor yang akan dicucinya. Ember itu terlepas dari tangannya dan piring-piring berdenting jatuh berserakan di lantai semen. Sisa-sisa makanan bertaburan ke segala penjuru.

"Berani-beraninya lu nabok gue, cewek sialan!" Linda berteriak sambil memegangi pipinya dengan salah satu telapak tangannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline