Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Halim

TERVERIFIKASI

Penyair Majenun

Emosi

Diperbarui: 16 Juni 2022   15:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

metropolitangirls.com

Hari ini saya melihat seorang pria dibunuh.

Dia seorang pria pendek, kekar dan biasa saja. Saya melihat dia memprovokasi pria lain untuk berdebat. Orang kedua yang bertubuh besar menakutkan. Mereka bertengkar, bersahut-sahutan, tentang hal yang sepele. Detailnya tidak penting. Tak satu pun dari mereka peduli dengan fakta. Mereka tidak terlalu peduli dengan pendapat mereka sendiri. Mereka hanya ingin merasa marah.

Saya melihat mereka mendorong satu sama lain, pertama perlahan, lalu semakin brutal. Mereka berteriak. Mereka menjerit. Mulut mereka memuntahkan kata-kata yang hanya pernah saya baca di buku-buku lama yang dilarang. Pria pendek itu mengepalkan tangan ke belakang, dan ragu-ragu. Menunggu. Menunggu untuk melihat apakah dia akan berhenti. Menunggu untuk melihat apakah dia benar-benar bisa melakukannya.

Saya menyaksikan orang ketiga, dengan mata liar, datang dari belakang, memcahkan botol di ubun-ubun kepala pria pendek itu. Pria kedua yang bertubuh besar bergerak seolah-olah baru siuman dari pingsan dan mulai memukuli pria pendek yang telah jatuh ke lantai tanpa ampun.

Dua pria yang lebih besar menghajar pria pertama tanpa henti, tanpa lelah, dengan putus asa. Ada pancaran kegembiraan di mata pria yang dipukuli saat penyerangnya tak juga berhenti memukul. Wajahnya memar dan luka, darahnya mengalir deras.

Saya menyaksikan pria bermata liar itu menancapkan botol yang pecah ke dada pria yang dipukuli itu. Dia tertawa, mengeluarkan banyak darah, dan berteriak, "Aku bebas!"

Saya melihat kedua orang yang masih hidup itu ditangkap. Sorot mata keduanya acuh tak acuh.

Kasihan.

Orang-orang ini begitu putus asa untuk mengekspresikan diri mereka. Mereka harus terdaftar di Departemen Pengendalian Emosi. Melepas chip emosi adalah hal yang berisiko.

Saya menyaksikan ambulans mengantongi mayat pria pendek itu. Wajah mereka yang datar tak berkerut menggambarkan kendali emosi yang sangat baik. Saat petugas kebersihan membersihakn darah dari lantai, saya dengan tenang dan sopan menyelesaikan santap malam saya dan pulang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline