Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Halim

TERVERIFIKASI

Penyair Majenun

Lelaki Hijau dan Impian Morbid (2 Puisi)

Diperbarui: 1 April 2022   12:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

flickr.com

Lelaki Hijau

Hijau elektrik berubah menjadi hitam pekat, kehilangan yang begitu parah dan tidak akan pernah kembali. Musik melankolis berkabut merobek tengkorak, tetapi menyelamatkanku dari hari-hari tergelap.

Seorang jenius, begitu blak-blakan dan misterius, setiap baris membelai jiwaku yang menyedihkan merindu.

Raksasa syair gunung berapi abadi dan dengan cepat mencekik pembuluh darahku. Kata-katanya memenuhi jiwa berlama-lama di tenggorokanku yang kering.

Lubang hitam hampa dibiarkan, sementara duka yang mengerikan ini tidak pernah berakhir. Kesengsaraan tak terhingga saat jam berdetak perlahan sejak tujuh tahun telah berlalu.

Malam tak datang, hanya memberikan musim kegelapan. Seperti tumpukan kayu yang tenggelam, mantra hijau telah dilontarkan.

Bandung, 1 April 2022

***

Impian Morbid

Teror dan perbudakan berselimut lumpur putih yang berkerak. Manekin berjajar menunggu siksaan berakhir. Ikatan putih tebal saat monster pergi.

Menghindar ke kanan penglihatan tepi tak bisa menangkap bayangan bermain. Tapi sayang, dia kembali berjongkok terikat dari dada hingga lutut. Menarik tuas berkarat dengan dahinya di kereta pompa kereta api yang ditinggalkan membuat kita mengharapkan kebebasan.

Dia menghilang ke dalam cahaya bulan, lori yang dipoles menyusuri rel gelap dengan lengkingan yang tak ada habisnya. Hanya kita tidak tahu bentuknya melengkung sehingga kembali dan pelengkap kami dibebaskan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline