Ghea masuk dengan sekantong bawang bombay dan meletakkannya di meja dapur.
Aku mendongak dari layar laptop. "Kok semuanya bawang?"
"Mamang di pasar itu memberikannya!"
"Apa? Bawangnya enggak laku?"
"Sudah mau pulang. Tidak ada pembeli dan hujan mulai turun. Aku pikir dia hanya ingin membuangnya."
"Oh. Mau mau teh?"
Dia menanggalkan mantel hujan biru, melepaskan hoodie yang menutup rambut ikal cokelat dan menggantungnya. Dia tersenyum. "Mau, dong. Makasih."
Aku bangun dan mengisi ketel. Saya menyalakan kompor gas, menyaksikan nyala api biru mendesis dan menyala sejenak, menikmati kehangatannya, lalu meletakkan ketel.
Ghea datang dan melingkarkan lengannya di bahuku, mencium pipiku. "Apa yang sedang kamu lakukan?"
"Oh, hanya menjawab email. Hal-hal yang membosankan."