"Ya, itu terjadi pada Tante Debby. Dia meninggalkan rumah pada suatu pagi, mengatakan bahwa dia akan pergi ke laundry. Tidak ada yang mendengar kabar darinya dan dia tidak pernah kembali malam itu. Jadi keesokan paginya, kami tahu itu serius dan aku menelepon teman lamaku seorang polisi. Satu jam kemudian dia menelepon kembali.
Mereka menemukannya. Jelas, dia ke terminal, naik bus malam ke Pelabuhan Ratu. Mereka dulu tinggal di Anyer, kau tahu. Lagi pula, Tante Debby membenci air, membenci laut, tetapi dia turun dari bus dan berjalan sendiri ke pantai, di malam hari, dan kemudian melemparkan dirinya dari dermaga. Pasti sangat berani atau sama sekali tidak tahu apa yang dia lakukan.
Temanku, polisi, meminta kami datang untuk mengidentifikasi mayatnya dan Om Harry terlalu marah, dia menyuruhku pergi. Kau tahu cara orang mengatakan bahwa ketika orang mati, mereka terlihat damai. Yah, aku juga ingin bilang begitu. Tapi Tante Debby mengerikan, semua hancur, pasti terjebak di antara balok-balok dermaga dan ketika dia tenggelam, dia tidak bisa berenang. Kau tahu, dia benci air.
Makanya, aku melakukan ini. Kau tahu, setelah dua puluh tahun berolahraga tanpa pernah absen, pagi ini aku bisa saja kembali tidur dan tidak terganggu. Tapi aku suka berlatih beban seperti yang kau lihat selama ini, biarpun dalam cuaca dingin ini, setelah hujan semalaman, sendi-sendiku seperti engsel karatan, jadi aku berenang. Dua puluh kali bolak balik.
Tapi itu tak sama. Dan ada beberapa anak muda yang membual tentang panjangnya yang lima puluh. Kau tahu? Aku bisa saja masuk ke air itu dan menenggelamkan diriku seperti Tante Debby. Tentu saja aku takkan melakukan itu. Kau harus sangat berani atau tidak tahu apa yang kau pikirkan untuk melakukan itu, kan?
Tentu saja ada opini pribadi dan kesepakatan orang banyak dalam semua ini. Kita adalah individu yang membuat diri kita dikenal orang banyak atau individu yang bersembunyi di antara orang banyak.
Seperti aku. Kau kenal aku, aku tak bisa datang ke sini tanpa menyapa semua orang. Semua mengenalku di sini. Tapi seperti Tante Debby, tidak ada orang yang ingat dia ada di sana, di laundry, meskipun semua cuciannya masih ada dalam keranjang. Dia sama sekali tidak mau repot-repot memasukkannya ke mesin pengering, kau tahu. Mungkin dia bangun dari kursi dan berjalan langsung keluar pintu.
Ada orang-orang yang memiliki semacam aura yang membuat mereka menjadi pusat perhatian, contohnya kau. Itu bukan kemauanku. Tapi ada yang tidak diperhatikan. Kau tahu, di tahun 60-an, ada yang disebut masyarakat permisif. Dan jangan salah paham, aku juga mendukung kebebasan berpendapat. Kebebasan berbicara, itulah yang kami perjuangkan dengan bebas dari tiran. Tapi kau tahu, kita memberi orang lebih banyak pilihan atau alternatif untuk menjadi dan berperilaku seperti yang mereka mau dan mereka tidak tahu bagaimana menggunakannya. Peraturan sangat longgar sehingga selama tidak ada kerugian fisik atau finansial yang sebenarnya terjadi pada tetanggamu, kau dapat melakukan apa pun yang kau suka. Semua untuk kemerdekaan, kemerdekaan untuk semua. itu semangat revolusi Prancis, kan?
Tapi tunggu dulu, kebanyakan orang sama sekali tidak merasa memiliki kebebasan seperti itu, kan? Kebanyakan orang merasa seperti tikus, eh ... hamster yang berputar di atas roda tanpa henti mengulangi pola yang sama dan melakukan hal yang sama hari demi hari, kau tahu. Seperti olah raga sampai ngos-ngosan berdarah-darah. Pelari yang mengelilingi lintasa sampai nyaris pingsan. Untuk apa? Ada apa dengan Vicky, aku tidak mengerti."
"Jadi ketika tantemu ... siapa namanya?"