Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Halim

TERVERIFIKASI

Penyair Majenun

Hanya Hujan

Diperbarui: 14 Maret 2022   09:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

youtube.com/Pirat

"Suara apa itu?" tanya istriku, Ghea. Dia dan aku berbaring di kursi malas menghadap balkon belakang lantai dua. Sinar redup dari senja berawan membuat dunia memainkan kisah bayangan melalui jendela yang tak tertutup di sisi barat ruang keluarga. Kami berdua duduk di sisi jendela tinggi di sisi kami, berpelukan seperti dua sendok, melawan dingin dari angin bulan Maret yang berhembus lubang ventilasi. Kemilau keringat yang tersisa baru saja berakhir menambah dingin menembus tulang.

"Suara hujan yang mulai turun," kataku padanya. "Suaranya keras di atap seng berkarat."

"Seperti senapan mesin di film Rambo."

"Enggak ada romantis-romantisnya."

"Oh, jadi kita masih romantis? Baiklah, Tuan Romantis, mengapa kamu tidak menulis sebuah puisi untukku?"

"Puisi? Hmmm, coba dengar ...

Dulu ada seorang gadis bernama Ghea
Yang oleh semua pria dianggap bukan wanita
Karena dia menaklukkan dunia dengan -"

"Hei, bukan puisi seperti itu. Buatkan aku puisi yang bagus."

"Oke, beri aku waktu sebentar."

Aku menarik napas dalam-dalam, mencium wangi jejak sampo bunga apel dari mandi paginya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline