Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Halim

TERVERIFIKASI

Penyair Majenun

Hijrah Duniawi

Diperbarui: 28 Februari 2022   22:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

eurogamer.net

Jika pagi menjelang bersama celoteh bahasa tubuh, mungkin kau mengambil sikap berjaga dan melakoni senam irama atau pidato upacara.

Sisik kulit tumbuh jadi daging berat lemak.

Kau mungkin mencengkeram lehermu sendiri. Kau pikir mungkin ini tak berarti sama sekali. Kau pikir mungkin jika wajah ditekan ke cermin akan memproyeksikan naluri kematian ke sisi lain.

Jika merasa samudera semakin dalam tanpa memindahkan bagian dari ucapan yang mengancam menghapus kulit jangat. Posisi yang kontradiktif. Tekanan bunyi tepat di bawah aras frasa.

Kau melihat gambar buram kabur keruh muram pudar suram. (Semacam belenggu?) Dan kau amati, betapa lambatnya getar tungau hijau terjerat getah di kaca jendela. Kau lihat halaman kosong lembar kertas surat kuasa sementara kematian yang membosankan hadir menerobos penghalang batas suara.

Kita masih belum dan tetap belum bisa menjelaskan tentang peran gangguan dalam bercinta, berhenti untuk menyedot rokok atau mengembus tata bahasa dengan lidah di dinding intim pipi gembul. Air garam dalam gelas. Kata sebelum jatuh membeli harapan.

Kau takkan bisa menghitung inflasi absolut. Kau tak bisa menjumlah aksara. Kau menjalaninya, menggeser tubuh sebagai referensi refleksi keping pecahan cermin kembali ke kertas dinding masa kanak-kanak, tanpa titik vokal yang mengkhianati asal usul manusia purba.

Bulu hidung rontok semayamkan benih renjana perindu pulang.

Jika senja melayang bersama aroma lelah jiwa, pastikan kau angkat tangan menyerah dan tengkurap pasrah mencium wangi pertiwi.

Bandung, 28 Februari 2022

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline