letakkan tanganmu di sisi tubuh
luruskan tulang belakang
jadikan tongkat yang menjepit
ke peta yang luas
tekuk lenganmu di siku saja
angkat tangan di depan dada
telapak tangan ke atas
satukan keduanya
kelingking ke kelingking
pergelangan tangan dan pergelangan tangan
rasakan denyut nadimu di kedua tangan
keritingkan jari ke atas
membuat mangkuk sendiri
seperti dalam dolanan anak
seperti dalam memohon doa
biarkan kosong, mangkuk ini
jangan lampirkan apa-apa
tidak ada jenis kelamin
tidak ada nama
tidak ada inersia
metafora
hanya udara
timbang, putar, diamkan, berharap penuh
berikan satu-satunya hasrat keinginan
satu pagi
musim kemarau
di danau
senyum terakhir ibumu
sepetak kulit halus lembut
gigi bengkok
musim cengkeh terakhir
saat keinginan instan gelap murni
sebelum film diputar
ketika kita semua
orang asing
di luar tatapan terkunci ke depan
ketika kita semua tahu kegelapan
satu sendok teh akhir
saat harapan dalam tangkup tangan hampa
saat kita melihatnya penuh
itu saja
Bandung, 26 Februari 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H