(1)
dalam tidurku aku melihat rumah petak yang disewa
pria kakinya mengukur jarak sejarah
peninggalan perang terjadi saat melangkah
tidak ada kematian di sini
hanya mimpi dan nyala lilin
yang berkibar bagai pataka
menciptakan jalan bagi manusia untuk menyeberang
beristirahat sebentar atau selamanya
(2)
kematian perjalanan dari banyak perpisahan
tapi air mata mengering sebelum
memulai tadi malam,
lilin membakar harapan dan doa,
api mengirimkan surga satu pesan suara terakhir
hati kita terbuka sebagai jalan orang mati
tentang kebodohan manusia
(3)
dalam tidurku, aku berada dalam mimpi yang bukan milikku
menemukan Tuhan dan bertanya
apakah kematian merenggut kehidupan selamanya
berbagi anggur dan tawa dengan manusia melayang
matanya menunjukkan tanda seribu jalan
yang dilintasi dalam nanodetik atau milenia
(4)
ada tiga kota di kepalaku, mengikutiku ke mana-mana
pengawal yang dibayar untuk mati menggantikanku
gambar peta setiap kota
air mata seorang penyair yang ditinggalkan oleh inspirasinya
menyiksa halaman kosong
setiap kota punya jalan menuju tempat kelahiranku
(5)
namaku adalah memori gelap sebuah gang menuju ibu
suara ketika dia mengucapkan kata-kata yang memelukku
membuatku merinding dalam tidur
mengikutiku pulang untuk melihat dia pergi duluan
pada pemakamannya, kesedihan nuansa gaun hitam