Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Halim

TERVERIFIKASI

Penyair Majenun

Tanpa Nama

Diperbarui: 18 Januari 2022   09:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

edition.cnn.com

Jadi di sinilah aku, dalam kereta ekspres menuju selatan, berpindah lagi.

Seharusnya aku tak menetap selama itu, tetapi aku sangat menyukai gadis itu yang bekerja di bar hotel.

Dia juga menyukaiku, aku tahu itu. Dan itu adalah tanda bahwa aku harus pergi, ketika matanya menatapku, menilaiku dengan cara tertentu yang mengisyaratkan dia mulai membuat rencana untuk kami, Anda tahu, kami berdua, sebagai pasangan.

Kemudian, lebih dari itu, aku dengan ceroboh meninggalkan pasporku tergeletak di meja samping tempat tidur. Aku keluar dari kamar mandi dan menemukannya membolak-balik semua halaman, dengan mata terbelalak melihat stempel dari semua negara yang berbeda.

Ceroboh, sangat ceroboh.

Aku membakar paspor itu di kamar mandi dan membuang abunya ke toilet saat keluar dari pintu. Sayang sekali, karena aku menyukainya, aku menyukai hotel itu, dan aku menyukai London.

Jauh lebih mudah untuk tetap tanpa nama di kota seperti London, dengan sejarah dan rahasia berabad-abad yang berlapis lebih tebal daripada jelaga dari bus tingkat berwarna merah.

Di tempat seperti itu, tidak ada yang memperhatikan seseorang sepertiku, yang lebih mirip seperti hantu.

Aku kira aku akan kembali ke Roma. Belum pernah ke sana lagi dalam beberapa tahun, saatnya untuk melihat apakah ada yang berubah. Italia adalah tempat yang bagus juga untuk menjadi tanpa nama. Orang Italia telah melihat semuanya, dan tidak peduli tentang sebagian besar dari itu.

Aku telah beralih ke paspor baru. Tentu saja bukan benar-benar baru, hanya baru beredar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline