"Aku memasang berlian di hidung," kata Ratri kepada asisten dokter, sambil menunggu untuk mengetahui apakah operasi Dr. Edi berhasil. Dalam waktu kurang dari lima menit, dokter telah mengangkat karsinoma sel basal dari hidungnya.
Dokter Edi pria pendek, kekar, berkulit cokelat, bergerak cepat. Mengenakan jas putih yang menutupi celana panjang dan kemeja. Dia tertawa kecut ketika Ratri mengatakan kepadanya bahwa dia secara tidak sengaja memblokir nomor dokter, mengira dia adalah 'teman baru' dari Facebook.
Menunggu hasil biopsi membuat Ratri gelisah.
Dia meluncur dari ruang tempat dia berbaring selama operasi dan menuju kamar kecil. Banyak pembersih tangan berada di dinding lorong karena pandemi. Dia mencoba menyemprotkan wajahnya dengan salah satu semprotan tersebut.
"Sialan," dengusnya, "Isi botol ini dipasang untuk mensterilkan tangan orang yang tingginya satu setengah meter."
Dia berpikir untuk pergi ke taman di mana terdengar suara nyanyian seekor jangkrik sedang mencari pasangan di musim kawin.
Dr. Shannaz masuk dan memperkenalkan dirinya saat Ratri berbaring di ruang tunggu. Mengenakan gaun dust pink di atas lutut di bawah jas putihnya, Dr. Shannaz memberitahunya bahwa dari biopsi menunjukkan bahwa Dr. Edi telah mengeluarkan kankernya.
Dia menjahit lubang di hidung lebar Ratri. "Kami menggunakan usus kucing," jelasnya.
Ratri terang-terangan menyampaikan bahwa dia ingin meludahi wajah Dr. Shannaz saat dia berdiri menatap mata hijau Ratri.
"Aku suka kucing," ratap Ratri.