Saras punya masalah dengan toilet.
Bukan toilet yang ada di rumah kami, tapi toilet umum. Singkatnya, toilet yang berada di luar rumah kami.
Dia tidak bisa melepas hajat di toilet umum kecuali jika itu memenuhi standar kebersihannya, dan perlu kalian ketahui, standarnya itu cukup tinggi.
Aku memperkirakan selama dua puluh empat tahun kami menikah, hanya sekitar dua puluh persen kamar mandi yang kami temui yang dapat diterima olehnya.
Berikut adalah contoh adegan yang biasa terjadi.
Kami masuk ke sebuah restoran dan aku berkata kepada pramusaji, "meja untuk dua orang." Saras akan menyentuh lenganku seakan-akan ada sesuatu yang baru terjadi padanya.
"Apakah kamu pikir aku bisa menggunakan fasilitas sebelum kita duduk?" katanya dengan suara yang cukup keras untuk di dengar pramusaji.
Dia selalu menggunakan kata 'fasilitas', karena menurutnya itu kata yang paling tepat di semua tingkat restoran, dari makanan cepat saji hingga masakan mewah dari chef bintang lima.
Pramusaji biasanya mengangkat alisnya, tetapi tentu saja dia akan mengatakan 'ya' dan mengarahkan Saras ke toilet. Aku akan berdiri di sana dan menunggu, mencoba terlihat biasa.
Setelah satu atau dua menit, Saras kembali, dan dari roman wajahnya aku bisa langsung tahu apakah kami akan tinggal atau tidak.