Luar biasa.
Saat deadline berakhir kemarin malam, saya menerima 157 dari target 150 (seratus lima puluh) artikel untuk mengisi buku "150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi". Dan sesuai janji pasangan kompasianer legendaris Tjiptadinata Effendi dan Roselina Tjiptadinata, semua tulisan akan dibukukan dan selanjutnya masing-masing kontributor akan mendapat buku tersebut.
Tentu banyak yang bertanya-tanya, mengapa saya yang mendapat kehormatan untuk menyunting sekaligus menerbitkan buku memoribilia edisi terbatas menyambut Wedding Anniversary ke-56 beliau berdua. Iya, kan? Pada penasaran ....
***
Saya pertama kali menghadiri Kompasianival tahun 2015, sebagai anak bawang (sekarang pun masih anak bawang, tapi bawang bombay). Di situ saya berkenalan dengan banyak K'ers kawakan, salah satunya almarhum Thamrin Sonata (yang saya panggil mas TS, Al-Fatihah untuk beliau). Beliau kemudian menjadi sahabat baik dan mentor saya, membawa saya ke komunitas Kutubuku (Kompasianer Ulas & Tulis Buku). Di komunitas itu, saya dikenalkan mas TS dengan duo urang awak yang kemudian saya panggil dengan Om Tjip dan Tante Lina. Biarpun baru ketemu, saya mendapat cenderamata gantungan kunci gunting kuku dari beliau berdua. Aseeek!
Kompasianival 2015 sekaligus menjadi ajang peluncuran buku Sehangat Matahari Pagi (SMP). Buku 256 halaman merupakan "ucapan terima kasih" Pak Tjip kepada para sahabatnya di Kompasiana, ditulis oleh 86 K'ers dalam bentuk esai, prosa dan puisi. Karena masih unyu kinyis-kinyis, tentu saja saya belum mendapat kehormatan ikut menulis di dalamnya.
Di Kompasianival 2016 (Gandaria City), kembali saya bertemu dengan Om Tjip dan Tante Lina. Besar harapan saya masih diberikan kesempatan untuk bertemu beliau berdua lagi.
Bersamaan berjalannya waktu, seperti yang saya sampaikan sebelumnya, saya semakin akrab dengan mas TS. Setiap beliau ke Bandung, pasti mengontak saya. Dan kalau saya ke Jakarta, harus bertemu beliau. Buku-buku saya dicetak Peniti Media, penerbitan beliau, yang juga menerbitkan buku-buku K'ers lain. Siapa saja? Banyaaak!
Saya mendapat limpahan ilmu tentang dunia literasi dan penerbitan dari beliau yang tak mungkin saya dapatkan dari perguruan tinggi mana pun.
Saya juga diajak almarhum untuk menyumbang tulisan di buku keroyokan Kutubukuer yang berjudul (In)Toleransi. Tulisan saya di buku itu mendapat pujian dari Rotary International D3410 (Distrik Rotary Internasional Indonesia Barat). Termasuk di dalam buku tersebut tulisan dari Om Tjip dan Tante Lina. Jadi, biarpun anak bawang, saya sudah pernah satu buku dengan beliau berdua.
Kepergian mas TS kehilangan besar buat saya. Apalagi malam sebelumnya baru bincang-bincang via telepon, dan sekitar dua minggu sebelumnya kami baru ketemu di Bekasi. Pembicaraan kami tak jauh seputar dunia literasi dan penerbitan, termasuk desakan saya agar beliau segera menerbitkan kumpulan tulisannya di K ....