Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Halim

TERVERIFIKASI

Penyair Majenun

Dalam Sekejap

Diperbarui: 12 Desember 2020   20:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: space.com

Anjing di pelataran parkir.

Pintu mobil menutup keras, bunyinya seperti kembang api malam tahun baru yang melempem---wuuuz!---tetapi cukup keras untuk mengalihkan pandanganku ke arahnya, melalui jendela yang buram kabur bayangan anjing duduk di jok belakang, terengah-engah dengan lidah terjulur.

Bibir pemiliknya berkerut cemberut, muram, suram kelam, seram. Dalam sekejap asap hitam tak layak lolos uji emisi mengepul, dan mereka menghilang.

Tapi saat itulah mataku menatap yang tertinggal, seseorang yang terus mencoba.
Di suatu tempat di dunia, seseorang masih mencoba. Mencoba sesuatu. Mencoba segala macam hal. Mencoba membuat semuanya bekerja. Mengulangi dan mengulang rumus, pendekatan untuk menemukan solusi, jawaban.

Atau menyusun labirin pertanyaan.

Satu cara sekarang, cara lain, berikutnya, tetapi selalu berusaha.

Di sana, saat ini, ada orang lain yang mencoba. Aku melihat bagaimana mereka memegang tali kendali kusut menarik anjing seperti Sisiphus menggiring menhir, mengangkatnya perlahan, seperti seorang nelayan yang tidak yakin tangkapan mereka bertahan, mencoba untuk memahami, memegang sejauh lengan dari tempat berdiri dihela jaring yang berat, Ahab menombak Moby Dick dengan tenaga solar, bengkak bagai padi bunting siap panen disapu belalang.

Tiba-tiba, tiba suara menggema bergaung dari taman. Menyenangkan, tapi, tidak, ini bukan musik.

Suara anak yang tak kasat mata, puncak kegembiraan tak terkendali muncul dari dalam tempat ayunan gantung, dalam kesenangan menggoda.
Dan aku mendengar tawa itu di sini, di dalam mobil ini, di mana sekarang? Aku melihat dua anjing dan, oh, sekarang yang ketiga, berlari kencang, rahang menganga taring, berlomba di sepanjang jalan setapak lurus bagai tulang.

Di taman anjing, mondar-mandir suara dibungkam oleh jarak, sampai saat ini. Kutahu itu terjadi tetapi tak kasat mata, bantalan belaian lembut dari jari-jari manusia yang kusia-siakan, mengunci kait kerah dengan kancing terpisah. Suara klik terlalu hening untuk telingaku, lepas.

Anjing-anjing lepas landas terbawa naluri leluhur mengejar aroma kebebasan, naluri kebebasan berburu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline