Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Halim

TERVERIFIKASI

Penyair Majenun

Pengakuan Seorang Ayah

Diperbarui: 12 November 2020   20:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

The Warriors

Kami hanyalah remaja yang sedang mencari jati diri.

Bocah-bocah berhati baja dengan mata nyalang menantang dunia. Kami melepaskan tali dari sepatu Warrior dan menjadikannya pengganti sabuk. Rambut kami gondrong sebagian, dan kalau tertangkap polisi, kepala kami digunduli hingga lecet-lecet botak licin berkilau bagai telur pindang. Yang tatonya paling banyak menjadi ketua gang. Jaket kulit dengan gambar tengkorak bersayap tak pernah lepas dari badan bahkan saat kami tidur di bangku taman. Tembok kota kami nodai dengan nama gang yang ditulis dengan cat semprot. Kami melempari lampu jalanan, membongkar telepon umum untuk mendapatkan koin logam, dan menyeka darah yang mengucur dari luka kami. Ibu kami tidak mengenali kami lagi. Tinju kami selalu terkepal, rantai dan roda berputar. Musik kami keras, dan keras adalah hidup kami.

Saat itu tahun 1971. Kami hanyalah anak-anak. Hanya itu yang kami tahu.

Selamat Hari Ayah!

Cakung, 12 November 2020

Sumber ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline