"Nenek?" Rosa mengetuk pintu kayu yang lapuk.
Tidak ada jawaban dari dalam. Tapi Nenek sudah tua. Dia sering tertidur ketika Rosa datang membawa makanan.
Daun pintu kayu berderit terbuka saat disentuhnya. Kening Rosa berkerut. Nenek tinggal sendirian di tengah hutan yang paling rimbun. Nenek selalu mengunci pintu dari dalam.
Dengan gelisah Rosa masuk, memegang keranjang di depannya sebagai perisai. Sesosok tubuh tergeletak di lantai. Pakaian compang-camping dan dagingnya tercabik-cabik. Bau darah dan jeroan menyesakkan pernapasan. Noda merah meresap ke lantai papan.
"Nenek!" Rosa menangis, melawan rasa mual yang mendesak di tenggorokan. Dia beringsut mengitari mayat dan bergegas ke satu-satunya pintu lain di rumah. Pintu kamar Nenek.
Sekali dorong pintu itu terbuka menampakkan tempat tidur empat tiang yang besar. Di bawah selimut duduk makhluk besar dengan moncong panjang dan mata berkilau. Telinganya tersembunyi di balik topi tidur Nenek yang lembut. Mulutnya terbuka, dan Rossa melihat gigi menguning dengan daging merah muda menempel di sela-sela. Bulu di sekitar mulut kaku dan kusut.
Seekor serigala.
"Rosa," serigala berkata. Suara tenang menyejukkan.
"Apa yang terjadi? Orang itu..."
Bulu gelap memudar perlahan. Lidah merah panjang menjulur melintas gigi. "Itu dia, ya? Orang yang mengikutimu ke hutan kemarin."
Gemetar, Rosa mengangguk.