Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Halim

TERVERIFIKASI

Penyair Majenun

Cerpen | Angin Padang Pasir

Diperbarui: 23 Juni 2019   01:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gettyimages.com

Dia mengintip dari balik kap mesin mobil jip - senyumannya selebar kawah Bromo - sangat gembira berada di luar hiruk pikuk kota metropolitan.

Dia adalah mawar di gurun pasir, gaun sutra musim yang dihembus oleh angin lembah Dieng yang liar - bertunas serupa kantil putih yang bergoyang oleh semilir angin sepoi-sepoi - bagai baling-baling kapal yang terdampar di terumbu karang.

"Mari kita tinggal di sini selamanya," katanya.

"Di tengah padang pasir?"

"Kenapa tidak? Kamu ingat gambar kincir angin di pedesaan di Eropah? Kita bisa membangun kincir angin sebagai rumah di sini."

"Oh ya, dan kemudian kita akan menjadi atraksi wisatawan pengganti kuda tunggangan."

Dia mengetuk-ngetuk tongkat swafoto, menatapnya tak serius.

"Lihatlah langit itu."

Matahari serupa gambar bocah di atas pasir. Jejak roda tegak lurus menuju cakrawala. Udara memuai membentuk ular fatamorgana di udara.

"Panas."

"Megah."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline