menyusuri kaki lima jalan Braga
gumamkan rima sajak kanak-kanak
menyesali asmara yang telah hilang
pelayan mengenakan rok hitam,
terbungkus rompi merah marun
catatan lirik soneta masa depan
sangat tidak romantis, justru suram
tidak ada yang bisa dilakukan
selain menggumam, 'tidak ada'
setiap anjing di jalanan menggonggong
tak hanya yang mungil
juga yang besar, menghadap ke Timur---
ke arahku datang.
berbalik dan berlari, visi ini:
di Bumi Siliwangi, di sisi yang tinggi
sederet rumah gelap subuh
setelah melewati pangkalan taksi.
malaikat jangkung dan bungkuk
menyusuri jalan menyeret jubah
kulitnya pucat dan rambutnya lebat
berjanggut aneh, kawat perak
perlahan-lahan, berjalan dengan tongkat
tangan menengadah mencari sedekah;
pengemis kamuflase penjelajah kota.
akan kuberi mereka paun emas dan perak,
tetapi ku tak punya koin serupa itu
bahkan tidak juga uang logam lima ratus
sebagai kunci sandi di suatu tempat
komunitas rahasia penguasa jahat
menyembah dewa memohon abadi jiwa
di dekat tiang lampu mereka tegak berkata,
"O, tiang lampu yang gelap!
tidur tak nyenyak
tewas tertabrak
dan itu bukan salahmu."