oh, lelaki bijak penambang perahu menyeberang sungai!
ajarkan kami tentang kearifan yang mengalir dari hulu
berkilau keperakan membawa sejarah dilakoni para raja,
fakir, pezina, pedagang, ayah, ibu, anak, pengelana, guru
begawan; sendiri beramai mengarus ke samudra lepas.
tak mungkin kuberkisah tentang sesiapa yang tak kukenal;
selain diriku, penambang tua dari titik tepi ke titik lain
sebagai kebenaran mempunyai dua sisi yang beroposisi
bermula kisah dari muda belia pangeran mencari jalan
di malam buta meninggalkan segala yang menjadi beban
pertapa pengemis sramana tanpa harta milik pribadi
bersama govinda sahabat sejati mencari pencerahan diri
bertemu sang gotama di bawah pohon besar bodi
memberi penerangan pada banyak orang, tapi bukanku
untuk govinda, ya; namun untukku ‘kan cari sendiri
di sungai ini, aku harus menuju seberang sana,
perahu tambang dan seorang tua nan bijaksana
suatu masa dulu, ku tak punya punya meski sekeping
basudewa, penambang yang belajar dari nyanyian-
sungai abadi berganti tak pernah sama tak henti
kamala, oh, kecantikannya tiada dewi menandingi
pelacur termahal, kuminta jadi guru ilmu bercinta
satu pinta, sbagai murid kamasutra nirwana dunia
pelajari ekonomi dari kamaswami, sebagai mitra
aku berhasil, kurasakan jiwa semakin hampa
kutinggalkan kamala, cermin buram hati putus asa
nyaris kututup kisah, om, kesadaran dalam satu kata
basudewa, dan perahu tambang menemani hari
belajar tentang ruhani dari swara gita air kali
dalam penyucian diri, kamala dan bocah kecil
bernama sama denganku, siddhartha muda
kamala dan racun bisa kobra, oh kamala ibu-
anakku yang kini jadi piatu—daur dalam karma
siddhartha muda mencari jalan, damai untuknya
ajarkan kami, kearifan mengalir di air sungai!
ada dalam diri, wahai pencari kebenaran
cari dalam hati yang terang cahaya benderang
ada dalam diri dan jagat semesta raya,
kebenaran di balik kebenaran
Bandung, 10 Maret 2016
Terinspirasi novel Siddhartha (Herman Hesse)