dengan menulis ku jadi hidup
menjalani pencarian
menikmati rahmat Tuhan
dalam menyusun puisi
kuberi makna pada aksara;
suryakanta cermin jiwa,
sayap pada majas metamofora
bukan untuk bermasturbasi onani
di batas dinding kamar terkunci pintu jendela
atau pamer kelamin di ruang publik terbuka
dan jika kau tak faham puisi
bukan salahku, seteru
kurangkai kata sebagai fiksi
kisah putri raja atau perang bintang-
nun di galaksi antah;
satu caraku memandang realita
yang kusembunyikan di balik kata
jika kita sepikiran
pastilah kau temukan itu
dan jikapun tidak jua
bukan khilafku, jelata
menyangkut perihal esai dan opini
kugali dari fakta kemudian deduksi
kuungkapkan jujur menghindar fallacy
kuterima kritik mengedukasi
tapi tidak pembenaran basi
atau karena waham kebesaran-
kau lari dari polemik, karena
di atas langit ada langit
dan jika kau tak mengerti itu
bukan pandirku, kawan
sebagai cantrik abadi sastra
kukaji nilai kedalaman nuansa
labirin pemikiran akal budi manusia
mungkin dari bubur ketan Sarjan
atau ketukan kuasa palu hakim Sarpin
boleh jadi Langit Makin Mendung Ki Panji Kusmin,
dan tak salah kalau kusebut V.S Naipaul
hanya ingin singkapkan tirai cakrawala semata
dan jika kau tak sampai ke sana,
jangan tuding aku, guru
puisi, fiksi, esai dan opini, juga susatra
pilihan diriku tulis caraku tulus hidupku tawaku murkaku tangisku sukaku pedihku senangku sedihku deritaku diamku getarku laraku ujarku nadaku ajarku keringatku ludahku. Aku. Aku. Aku.
komedi di airmataku tragedi di gelak bahakku misteri di setiap karyaku.
jika kau tak punya itu,
bukan kuasaku, dermawan
karena-
dengan menulis ku jadi hidup
menjalani pencarian
menikmati rahmat Tuhan
Bandung, 2 Maret 2016