Tanah yang begitu asing, tapi juga sekaligus begitu dekat, tak terhitung waktu yang telah kulalui menjelajahi setiap jengkalnya yang tandus, gersang, liat, retak berdebu.
Bahaya mengintai setiap saat. Makhluk-makhluk melata khayalan pendongeng zaman Yunani kuno atau seribu satu malam bisa saja tiba-tiba membelit dari celah batu, atau menerkam dari balik batu, bahkan menyambar dari langit yang terus-menerus malam.
Karena refleks yang terlatih baik maka hingga kini aku masih bernafas dalam udara yang memabukkan. Terlalu banyak zat asing terdeteksi. Tapi kalau kau percaya akan mukjizat, maka dapat dikatakan oleh sebab itu aku masih selamat.
Jangan tanya berapa lama aku telah terdampar di sini. Kronometerku sudah tidak berfungsi lagi, padahal bergaransi seumur hidup. Atau ini pertanda bahwa sesungguhnya aku telah mati?
Aku tak tahu di belahan jagat raya mana aku berada. Ujung terminasi lubang hitam itu belum terdata, bukan?
Setiap waktu aku memandang bintang, mengharapkan regu penyelamat menjemputku.
Datanglah. Aku merindukan rumah.
Bandung, 22 November 2015
Gambar koleksi Ra Benlantara dengan seizin pemilik.