Lihat ke Halaman Asli

Yayan Sopian

Guru yang belum bisa digugu dan ditiru

Gim Ini Bisa Membantu Anak-anak di Papua Mengenal 12 Jenis Burung Cenderawasih, Lho!

Diperbarui: 6 April 2021   23:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

HyperX Esports Arena, Las Vegas. Esports Arena Builder adalah salah satu dari 42 profesi baru di masa depan. (sumber: www.reviewjournal.com)

Apakah anda termasuk orang tua yang melarang anaknya memakai gadget untuk bermain gim? Jawabannya pasti akan beragam dan terpolarisasi ke jawaban "iya", "iya, tapi diperbolehkan dalam pemakaian terbatas", atau "tidak". Tidak ada yang keliru dengan semua jawaban tersebut karena memiliki alasannya masing-masing.

Saya sendiri termasuk orang tua yang mengijinkan anaknya memakai gadget pada hari-hari tertentu - libur dan akhir pekan- terpantau, durasi terbatas.

Kemampuan digital anak saya dalam mengoperasikan beberapa gim yang saat ini cukup populer -untuk seusianya- ditambah inisiatifnya untuk menambah kemampuan dan leveling dengan mencari referensi di Youtube misalnya, benar-benar membuat saya merasa jauh tertinggal. 

Kosa kata dalam bahasa asing -terutama Inggris- cukup akrab dengan mereka. Pernah satu hari saya coba menguping -seolah-olah tidak peduli- pembicaraan tentang gim dan trik-triknya, antara anak saya dengan kakak sepupunya. 

Kosa kata seperti over powered, reconnecting, reject, gain power dan masih banyak lainnya yang biasa terlontar ketika sedang bermain. Dari cara pengucapan nampaknya tidak perlu diajarkan lagi, karena mereka belajar langsung dari suara native speakers yang didengar. Ada kalanya mereka meminta bantuan saya untuk merangkai fonem dan suku kata yang membentuk kata-kata tersebut.

Pengalaman ini 'mungkin' bisa saja berlaku pada pembaca yang saat ini memiliki anak. Sebagai orang tua terkadang muncul kekhawatiran akan over exposed oleh gim-gim tersebut.  Saya pernah memiliki pengalaman (lebih dari belasan tahun lalu) semasa duduk di bangku SMP. 

Beruntungnya, kakak-kakak saya saat itu memiliki peran signifikan mengontrol saya agar tidak over exposed  oleh video gim. Sekali lagi pentingnya peran controller, dalam hal ini orang tua atau orang yang lebih tua dan mungkin juga teman sebaya.

Perkembangan dunia Teknologi Informasi dan Komunikasi saat ini yang mengikuti deret ukur, seakan-akan memaksa kita untuk senantiasa beradaptasi. Istilah pembelajaran daring dan segala aktivitas yang dilakukan remotely menjadi sebuah kenormalan saat ini. Sebelum pandemi yang disebabkan oleh COVID-19, sebenarnya aktivitas daring sudah lama diinisiasi. 

Namun satu tahun belakangan ini aktivitas daring menjadi satu pilihan 'terbaik' tanpa harus berinteraksi secara fisik. Bahkan kenormalan ini berlaku pula pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini.

Perintis Gojek, Mas Nadiem Makariem, pada satu kesempatan di awal-awal ketika menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, sempat menyingung tentang pentingnya Internet of Things, Big Data dan Artificial Intelligence, saat ini dan masa datang. Jika dikaitkan dengan perannya sebagai Mendikbud, tentu sebuah pekerjaan rumah yang tidak mudah. Teodor Teofilov, jurnalis lepas Bulgaria, merinci 42 profesi masa depan. Dari jumlah tersebut nampaknya tidak ada satu pun yang mustahil terlepas dari pemanfaatan IT.  

Setali dua uang dengan yang disampaikannya,  3 tahun lalu ketika masih mengambil program master di Marshall University, salah satu Mata Kuliah Pilihan yang saya ambil yakni Aquatic Toxicology, dimana lebih dari 90 persen perkuliahan dilakukan di Laboratorium, yang terletak persis di depan ruang bertulis Cyber Security Laboratory.  Awalnya saya mengira ini adalah laboratorium komputer biasa, ternyata laboratorium khusus mahasiswa S-2 jurusan Cyber Forensics and Security.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline