Panasnya iklim politik Indonesia usai deklarasi Anies ditandemkan dengan Cak Imin ( Muhaimin Iskandar ) berkelanjutan dengan banyak gagasan-gagasan dan usulan. Banyak bersliweran varian pasangan Bacapres Bacawapres dengan berbagai rasa dan aromanya.
Betapa tidak dikala kita sedang disuguhkan argumen-argumen menyentil perasaan dari berangnya Demokrat yang merasa dikhianati oleh Koalisi Perubahan yang sedari awal menyatukan tiga partai yaitu Nasdem ( Nasional Demokrat ) Demokrat dan PKS (Partai Keadilan Sejahtera ) justru melahirkan duet Anies dan Cak Imin yang sangat diluar dugaan kita semua.
Kita tentu dari malam sebelum deklarasi pencetusan Duet Anies dan Cak Imin mendapati tanda-tanda tersebut dari keluhan dari petinggi Demokrat dan terbukti pada sebagai pasangan capres-cawapres di Surabaya, Jawa Timur pada Sabtu (2/9/2023) dan ini menjadikan terjadinya koalisi baru yang pasti bukan lagi Koalisi Perubahan dengan hadirnya PKB (Partai Kebangkitan Bangsa ). Hal ini diikuti pula oleh serangan-serangan masif dan cercaan tajam kepada Anies yang dianggap ingkar dan khianat oleh para aktivis medsos Demokrat yang masif dilakukan semenjak sebelum deklarasi dan sesudah deklarasi Anies dan Cak Imin.
Apa betul Anies petugas partai dan manut dengan keputusan yang sudah ditetapkan? Surya Paloh pengendali keputusan utama hadirnya duet Anies Cak Imin? Sudirman Said Selaku Jubir ( Juru Bicara pontang panting menjelaskan perihal yang terjadi terkait lahirnya duet Anies dan Cak Imin dengan menceritakan kronologinya via media dan wawancara di beberapa kanal papan atas.
Kejutan juga kembali datang dari KPK ( Komisi Pemberantasan Korupsi ) yang menjerat Cak Imin dengan kasus rasuah pengadaan sistem proteksi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) saat Cak Imin menjabat Menaker periode 2009-2014 yang diagendakan dengan pemanggilan sebelumnya yang sejatinya dilakukan pada Selasa (5/9/2023). Hal ini terdengar seperti biasa saja sebab Nasdem pun ketika umumkan Anies sebagai Bacapresnya mengundang geledek juga ke telinga siapapun yang mendengarnya sebab Nasdem merupakan bagian dari koalisi pemerintah yang jelas bisa saja saja alergi dengan nama Anies.
Secara kebetulan Nasdem pun terkoyak dengan munculnya nama Jhny G Plate yang juga Menteri Kominfo (Komunikasi dan Informasi) dengan skandal proyek BTS-nya. Terlihat biasa saja namun jika dicermati boleh saja ada pendapat kalau saja Nasdem baik-baik saja dengan diam tentu tak akan dapat pukulan keras yang bagi sebagian orang dianggap pesan dari "pihak tertentu" yang harus didengar. Nasdem tetap melaju dengan keyakinannya terus mengusung Anies sebagai Bacapresnya. Banyak pertanyaan mengambang jawabannya, apakah KPK selalu menjadi alat politik jegal menjegal pencalonan dengan membongkar si "Calon" dan lokomotifnya?
Baiklah kita lanjut membahas pernak- pernik proses perjalanan pengusungan Bacapres dan Bacawapres yang bikin sesak dada. Kini arah politik sedang memilih dan bertabur derasnya gagasan-gagasan yang terus bikin jantung berdegup.
Perang urat syaraf kalau mau dibilang sedang terjadi dari masing-masing pendukung atas apa yang telah terjadi. Keputusan Anies duet dengan Cak Imin secara otomatis bergeser daya argumennya.
Cak Imin sebagai Ketua Umum PKB selain kasis yang sedang menderanya kini terseret kisah lama nostalgia sejarah kepemimpinan PKB. Cak Imin dianggap mengkudeta Gus Dur dari kepemimpinannya di PKB dengan berbagai riwayat yang sudah kita dengar melalui puteri dari Gus Dur sendiri.
Terlepas dari persoalan tersebut kepemimpinan politisi akan teruji dengan waktu sebab Cak Imin beberapa periode sangat kuat jika mau dibilang dalam mengelola sebuah partai dengan cerita kudetanya yang selalu muncul.