Lihat ke Halaman Asli

Ayah Farras

mencoba menulis dengan rasa dan menjadi pesan baik

Aksi Menulis Jadi Bagian "Passion" Tak Terhitung dan Tak Berbatas Angka Kuantitatif

Diperbarui: 7 Mei 2020   00:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: via liputan6.com

Semua adalah selera dan alam juga turut campur atas karya yang tertuang dalam satu tulisan. Hingga pada akhirnya pemikiran lepas tak dikuasai oleh atas sekat atau batas. Semua daya diupayakan agar tulisan lahir dan ada upaya yang menimbulkan rasa mencekam bahwa karya tak masuk nominasi ataupun dipandang jelek bahkan minus. 

Lepaskan, lepaskan apa yang bisa dilepaskan tanpa beban. Tiada yang bisa katakan tulisan terbaik diantara terbaik selain nurani dan rasa.

Sampai kapan kecewa hadir ketika hasil karya tulisan tak dianggap atau hanya dipandang sebelah mata atas penjurian ? Harus kuatkan hati bahwa rasa dalam hati sesungguhnya lahirnya tulisan tak berbatas sudut pandang. Ada nilai bebas atas hasil yang dicapai dan bisa dinikmati pembaca yang kita tuju.

Tulisan sangat miliki rasa dan terkadang tak terduga sangat menohok dengan penyampaian lugas bahkan melupakan literasi dan tatanan menulis. 

Apakah ada batasan menulis? tidak ..sesungguhnya tulis apa yang ingin kita tulis. Bisa saja orang tak memahami tulisan kita sendiri namun mengapa banyak orang memahami apa yang disampaikan pemulung dengan bahasa alaminya tak menulis namun bisa dipahami masyarakat luas!! Nah tentu ada hal yang jadi celah atas penyampaian melalui guratan catatan.

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah."

Pramoedya Ananta Toer, House of Glass

Tulisan tak miliki kelas namun kelas akan ditentukan dalam setiap zaman atas apa yang disampaikan melalui tulisan.

Semua tak sia-sia sebab semua terbaca dengan gaya dan penyampaian yang miliki khas dan pemahaman berbeda. Itulah khazanah dan arti sebuah tulisan. 

Ketika tulisan telah jatuh dan tertuang dalam kanvas gagasan di saat itulah pembaca mulai melebar dan memiliki interpretasi yang berbeda. Hal itu jugalah yang dialami para penilai tulisan  dengan daya endus berbeda hingga keluar rasa yang diungkapkan layaknya makanan tersaji dan masing-masing penguji telah mencobanya dan keluar rasa yang berbeda.

Semua yang tersaji adalah pandangan atas kedalaman hati walaupun kadang ada keraguan dan ada sikap minder dari maha karya lainnya yang lebih baik menurut pandangan kasat mata.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline