Bulan Ramadan 2020 jadi beda dengan sebelumnya dikarenakan adanya pandemi corona. Tentu semua hal dilakukan penyesuaian dalam pelaksanaan aktifitas sehari-hari. "Social distancing"( jaga jarak diantara warga) ketat diberlakukan guna pencegahan penyebaran virus corona dan memutus rantai sebaran.
Akibat dari diberlakukannya "social distancing" tentu ada kegiatan Ramadan tahun-tahun seblumnya yang tak bisa dilakukan saat ini. Sebut saja salah satunya ngabuburit yang biasanya dilakukan banyak orang di luar rumah dan berkaitan dengan banyak orang biasanya.
Sedikit bercerita bahwa tahun-tahun sebelumnya saya senang ngabuburit naik motor sama anak-anak dan istri berkeliling ke jalan-jalan pemukiman wilayah dekat rumah. Biasanya berburu ta'jil atau kuliner menarik lainnya. Selain itu kadang juga main di taman umum bersama anak-anak berjalan kaki hingga pulang menjelang waktu berbuka.
Tahun ini tentu saya lakukan penyesuaian karena dengan kondisi saat ini juga tak ada sama sekali keinginan keluar sore-sore jika tak penting sekali. Saya membuat jam yang saya sebut " Issue Monitoring" (memantau isu) pada jam-jam yang bisa disebut masuknya jam ngabuburit. Twitter jadi pilihan menyelam ke kedalaman berita mainstream maupun cuitan dan respon netizen dalam setiap topik lontaran.
Ada hal yang menarik yang bisa diambil bahwa saat jam ngabuburit jelang sore hingga mendekati masuk waktu berbuka puasa terjadi kenaikan kederasan traffic (lalu lintas ) berita, isu dan percakapan di timeline. Artinya saya memiliki teman yang banyak juga dan mungkin saja sedang ngabuburit walaupun itu hanya dugaan saya saja.
Selain untuk mencuci mata dengan bacaan-bacaan berita, saling berbagi tips dan pengetahuan ada manfaat yang bisa langsung saya rasakan. Semua menjadi ide, gagasan dan juga bahan tulisan. Twitter berikan saya suplai isu dan bahan tulisan menarik untuk di jadikan tulisan maupun jadi penambah wawasan.
Tulisan bisa jadi untuk tempat saya bekerja, tulisan umum atau juga tentunya blog Kompasiana. Selama Ramadan 2020 ini justru terjadi peningkatan produktifitas dalam hal menulis. Kondisi ini tak pernah terjadi pada sebelum-sebelumnya. Galian hasil menyelam di Twitter bisa jadi bahan tulisan hari ini atau bahan tulisan pada pagi jelang siangnya.
Serunya mainkan jempol usap layar naik dan turunkan pilihan sambil mengaktifkan pikiran untuk mencerna dan kalau bisa menumpahkan jadi sebuah tulisan. Rasanya waktu cepat sekali mendekati waktu berbuka puasa dalam proses ngabuburit ala saya. Sesekali jika "issue monitoring" belum tuntas dan masih penasaran dan harus berhenti karena berbuka maka dilanjut lagi setelah sholat tarawih.
Saya anggap ini jadi manfaat lebih alias bonus atas penyesuaian waktu saat ngabuburit yang berbeda dari tahun sebelumnya. Ada banyak info juga yang menjadi manfaat terutama informasi terkini pandemi ketika habiskan waktu ngabuburit dengan "issue monitoring" sore-sore. Ini akan membekas dan jadi ingatan kuat ketika pandemi berlalu. Saya ingin kebiasaan ini bisa diteruskan saat kondisi sudah normal dan menjadi lebih produktif baik lagi. (Isk)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H