Lihat ke Halaman Asli

Rizky Purwantoro S

pegawai biasa

Menilik Praktik Kanibalisme Dewata Cengkar

Diperbarui: 8 Desember 2022   10:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar dari solopos.com

Sosok Dewata Cengkar digambarkan layaknya raja raksasa yang bengis dan suka makan daging manusia. Benarkah seperti itu?

Wujudnya yang raksasa mungkin perlu dikaji ulang kebenarannya, namun kegemarannya makan daging manusia, mungkin saja benar-benar dipraktekkan dengan alasan sebagai berikut.

Yang pertama, bisa jadi Dewata Cengkar ini menganut kepercayaan Tantrayana aliran kiri, di mana salah satu upacara ritualnya adalah dengan memakan daging mentah, nah dari situ ada yang berpendapat jika Tantrayana aliran kiri ini juga terkadang mempraktekkan kanibalisme untuk mencapai keutamaan ibadah yang ditujunya.

Hanya saja, persoalannya adalah apakah Tantrayana sudah ada di zaman Dewata Cengkar? Ada yang bilang belum, karena Tantrayana ada yang memperkirakan baru muncul abad ke lima masehi. Akan tetapi ada juga yang mengatakan bahwa cikal bakal aliran ini sudah jauh ada ribuan tahun dalam tradisi orang Dravida sebelum kedatangan invasi orang Indo-Arya ke anak benua India.

Nah kalau memang Dewata Cengkar itu menganut Tantrayana, bisa jadi bentuknya belum seperti Tantrayana yang muncul kemudian hari, tapi sudah ibadah ritualnya sudah cukup banyak kemiripannya.

Kemungkinan kedua, tidak menutup kemungkinan Dewata Cengkar itu menerapkan kepercayaan pra Hindu-Budha yang pernah hidup sebelumnya. Memang sih kepercayaan kuno itu secara umum tidak serta merta sudah pasti menerapkan kanibalisme dalam upacara ritualnya, namun bisa saja muncul aliran sempalan sebagaimana yang selalu terjadi pada seluruh agama yang ada.

Aliran sempalan yang agak ekstrem praktek peribadatannya, seperti adanya tumbal manusia dan mungkin praktek kanibalisme.

Sebagai catatan tambahan, praktek kanibalisme juga diduga pernah terjadi pada beberapa suku di Nusantara, seperti di Sumatera Utara dan Maluku, sebagaimana yang pernah didokumentasikan oleh para pelancong asal Eropa. Itu terjadi pada zaman yang sudah agak ke seni, sekitar abad 15-16. Dengan mengacu pada dokumentasi itu mungkin saja di tanah Jawa juga pernah dipraktekkan juga, hanya saja seiring dengan masuk dan dianutnya agama Hindu dan Budha di penduduknya menyebabkan praktek kanibalisme ditinggalkan perlahan-lahan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline