Keterlibatan VOC dalam setiap perang suksesi Mataram atau yang lebih dikenal sebagai perang suksesi Jawa, tidak hanya merugikan Mataram sebagai pihak pertama yang semakin terpecah dan mengecil wilayah jurisdiksinya, namun nyatanya juga merugikan VOC.
Jika selama ini kita mengira VOC mendapatkan banyak keuntungan karena mendapatkan wilayah dan bayaran dari Mataram, itu keliru, meskipun operasional pasukan VOC sebagian besar ditanggung biayanya oleh Mataram, itu tidak termasuk biaya pengadaan pasukan baru yang harus ditanggung VOC sendiri.
Asal tahu saja kalau membangun pasukan baru bagi VOC itu tidak mudah, penyebabnya adalah jarangnya ada warga negara Belanda berbakat dan tidak punya masalah hukum yang mau direkrut menjadi pasukan VOC yang akan ditempatkan di Nusantara, mereka terlalu kawatir akan malaria dan serangan suku pribumi di sana.
Otomatis VOC mencari alternatif lain, pemuda dari negara mana saja boleh melamar, akibatnya tidak sedikit para petualang, kriminal yang lari, mereka yang berhutang, dan orang-orang bermasalah lainnya. Karena disusun dari orang-orang seperti itu, maka sulit untuk membentuk pasukan bersenjata yang berkualitas.
Ibaratnya VOC jadi tempat penampungan orang buangan, dan mau tidak mau membuat mereka harus mengocek anggaran lebih besar untuk mendidik orang buangan itu untuk menjadi prajurit disiplin.
Kembali ke perang suksesi Mataram, perang itu menyedot biaya besar, termasuk anggaran VOC sendiri. Awalnya perusahaan dagang itu dapat menutupnya dari keuntungan yang didapat, namun lama-kelamaan biaya yang dikeluarkan semakin tidak berimbang dengan pemasukannya, apalagi di tubuh VOC juga banyak korupsinya.
Bisa jadi, apabila VOC tidak sering melibatkan diri dalam perang suksesi Mataram, umur VOC bakal lebih lama daripada seharunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H