Lihat ke Halaman Asli

Rizky Purwantoro S

pegawai biasa

Keberadaan Suku-suku di Nusantara yang Paling Sedikit Terpapar Budaya India

Diperbarui: 4 Desember 2022   00:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar dari blogspot.com

Kalau pada tulisan sebelumnya disebutkan bahwa masyarakat di pulau Jawa bisa jadi merupakan yang paling kuat terpapar budaya Indianya di antara pulau-pulau lainnya di Nusantara. Maka sekarang akan sedikit dibahas jika ternyata masih ada masyarakat di pulau lainnya yang dari segi budaya dan genetik nampaknya masih belum banyak tercampur dengan budaya luar, terutama dari India.

Masyarakat tersebut hidup di pulau Kalimantan, Nias, Mentawai, dan Minahasa. Ini hanyalah asumsi penulis, di mana pada masyarakat di sana banyak kemiripannya dengan suku-suku pribumi yang hidup di pulau Taiwan.

Dan apabila kita berkiblat pada teori Migrasi Yunan, maka orang-orang yang bermigrasi dari pulau Taiwan ke pulau seperti Kalimantan, Nias, Mentawai, dan Sulawesi bagian utara ini nampaknya tidak banyak mengalami perubahan berarti, bisa jadi mereka di tempat barunya itu menjadi lebih terisolasi dari dunia luar, sehingga perawakan dan budayanya kalau dibandingkan dengan pribumi Taiwan, tidak banyak perbedaannya.

Sebagai contoh antara orang suku Dayak, suku Mentawai, suku Nias, dan suku Minahasa dengan suku pribumi Taiwan, secara fisik hampir serupa, lalu beberapa aspek budayanya, seperti yang paling terkenal adalah tradisi berburu kepala manusia juga pernah diterapkan.

Selain itu mereka karena lebih terisolir, maka membuat sistem politik sosialnya hanya sebatas tribal atau kesukuan saja, belum sampai terbentuknya kerajaan atau negara sampai zaman modern ini. Jadinya di antara suku-suku lain di Nusantara, mereka dapat dianggap mewakili suku-suku Melayu-Austronesia yang masih sedikit terpengaruh budaya non-Austronesianya.

Uniknya yang akhirnya berhasil memodernkan mereka justru adalah orang Eropa, termasuk berkat jasa para Misionaris yang banyak mengubah budaya dan tradisi mereka, termasuk pelan-pelan menghilangkan tradisi head-hunter karena bertentangan dengan agama Kristen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline