Lihat ke Halaman Asli

Rizky Purwantoro S

pegawai biasa

Buku dan Kita

Diperbarui: 29 November 2022   16:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar dari imajikata.riftom.com

Zaman semakin modern, indikasinya terlihat dari dimanfaatkannya teknologi dalam berbagai sektor, salah satunya adalah kemunculan e-book.

Hadirnya e-book memang sangat memudahkan kita semua, karena bagi mereka yang ingin membaca sebuah buku, tidak perlu lagi capek-capek berjalan jauh ke toko buku, selain itu penggunaan e-book juga lebih hemat karena biasanya harga mengunduh e-book tidak sampai semahal buku-buku konvensional.

Harga buku konvensional akhir-akhir ini bisa mencapai ratusan ribu, contohnya tiga tahun lalu penulis sempat membeli sebuah buku seharga 150 ribuan, saat ini sudah kurang lebih 300 ribu harganya. Harga segitu bagi mereka yang gajinya pas-pasan, tentu saja cukup berat.

Hanya saja semahal-mahalnya sebuah buku, ada kebanggaan tersendiri bagi penulis jika dapat memiliki buku. Dahulu waktu penulis masih bujangan pernah rela makan siang yang murah asal bisa beli buku tebal yang harganya mahal.

Kalau ditanya sudah pernah dikhatam belum bukunya? Dari sekian buku yang pernah dibaca, mungkin hanya kira-kira 30 persen saja yang bacanya sudah sampai diselesaikan, sisanya bisa jadi membacanya berhenti di halaman-halaman awal karena berbagai sebab, dengan penyebab utama biasanya adalah jenuh.

Tapi apakah setelah itu kapok untuk beli buku lagi? Tampaknya tidak, berkali-kali hampir setiap bulan kalau ada kelebihan uang atau bahkan setelah gajian, tempat yang pertama didatangi adalah toko buku.

Teringat betapa harumnya bau buku yang semerbak begitu kita memasuki toko buku, selain itu ketenangan pun akan dirasakan, berbeda sekali dengan keriuhan jalanan di luar.

Waktu itu penulis sempat mengimpikan punya perpustakaan pribadi kecil-kecilan, dan itu kayaknya sudah hampir jadi kenyataan, meskipun karena keterbatasan ruangan jadinya buku-buku itu terlihat agak berantakan.

Kemudian jika ada yang nanya lagi, apakah berarti kita yang punya buku seabrek itu sudah pasti jadi orang pinter? Orang pinter di sini bukan mereka yang mirip paranormal ya, tapi pinter dari sisi otaknya yang hapal semua isi buku.

Tapi kalau dianggap orang yang punya buku banyak itu pasti hapal isi bukunya, sebenarnya kurang tepat juga. Bahkan mungkin saja apa yang selama ini dibacanya hanya sedikit saja yang nyangkut di otak, apalagi jika tidak dibacanya berulang-ulang.

Tidak penting kalau mempunyai banyak buku tapi tidak berpengaruh banyak kepada kecerdasan kita, mau dibilangin mirip hewan Keledai yang membawa Kitab, sama sekali tidak penting.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline