Austria-Hongaria bubar tidak lama sebelum The Great War atau Perang Dunia Pertama usai. Tapi imperium itu sebenarnya sudah cukup lama rapuh, seadainya tidak terjadi perang besar pun cepat atau lambat Austria-Hongaria kemungkinan besar tetap akan bubar.
Imperium ini mirip dengan Indonesia, jika dilihat dari keanekaragamannya, komposisi penduduknya terdiri dari berbagai suku bangsa yang berbeda.
Bedanya kalau Indonesia dipersatukan oleh nasib yang sama, yaitu pernah menjadi koloni Belanda. Sedangkan Austria-Hongaria itu adalah transformasi dari entitas politik sebelumnya beberapa kali berubah bentuk, salah satunya adalah pernah menjadi bagian dari Kekaisaran Romawi Suci.
Bisa jadi jangka waktu bersatunya Austria-Hongaria itu jauh lebih lama daripada Indonesia. Karena apabila dihitung sejak pembubaran Kekaisaran Romawi Suci yang kemudian digantikan oleh Kekaisaran Austria sudah lebih dari seratus tahun lamanya hingga pecahnya Perang Dunia Pertama.
Dari Kekaisaran Austria inilah yang lama kelamaan berubah bentuknya menjadi Kekaisaran Austria-Hongaria untuk mengakomodir kepentingan bangsa Hongaria yang dianggap menempati urutan kedua terbanyak setelah bangsa Jerman di dalam imperium ini.
Sayangnya perubahan nama menjadi Austria-Hongaria ini ternyata tidak menghilangkan potensi separatisme di dalam imperium tersebut. Imperium ini selain berisikan orang Jerman dan Hongaria, juga ada bangsa lainnya seperti Ceko, Slovak, Serbia, Slovenia, Kroasia, dan Bosnia.
Untuk menghindari perasaan tersisih dari penduduk minoritas karena dipakainya nama Austria-Hongaria sebagai nama negaranya, maka sebaiknya nama yang digunakan tidak mewakili bangsa tertentu saja yang ada di dalam imperium itu.
Mengambil pelajaran dari bangsa Inggris, yang nama tradisionalnya adalah England yang berasal dari kata Anglia itu merupakan dari nama bangsa yang justru dikalahkan oleh bangsa Saxon. Untuk meredam resistensi dari bangsa yang kalah dan memperkuat persatuan negeri maka diambillah nama mereka yang kalah sebagai nama resmi negaranya.
Kembali ke imperium Austria-Hongaria, karena bangsa yang bernaung di dalam negara itu banyak, idelanya memakai nama lain yang tidak merepresentasikan satu suku atau bangsa manapun. Bisa saja namanya misalnya Eropa Tengah.
Mengapa tidak Hapsburg? Bukankah nama itu adalah nama dinasti penguasanya? Di tengah era nasionalisme yang sedang panas-panasnya waktu, mengangkat nama suatu dinasti menjadi nama resmi negaranya hanya akan memantik ketidaksukaan kaum nasionalis dan revolusioner.
Dan selain mengganti nama resmi negaranya, perlu dilanjutkan dengan perubahan terhadap bentuk negaranya menjadi konfederasi, sedikit mengikuti model konfederasi Jerman dan Jerman Utara. Diharapkan dengan pemberian otonomi luas kepada daerah berpenduduk bangsa minoritas akan mengurangi keinginan mereka untuk memisahkan diri dan merdeka.