Kalau tidak salah ada pepatah Cina yang mengatakan bahwa bila mau bertahan dalam kehidupan maka contohlah seperti lidah dan jangan meniru gigi. Lidah itu seiring usia seorang manusia bertambah bentuknya hampir pasti tidak banyak berubah, berbeda dengan gigi yang sebagian besar kakek dan nenek biasanya sudah pada keropos, bahkan ompong.
Manusia pun sebaiknya seperti lidah, maksudnya adalah fleksibel dan lentur menghadapi perubahan zaman, jangan sampai seperti gigi yang kaku dan keras, yang akibatnya semakin lama tergerus kalah karena tidak mampu beradaptasi dengan keadaan yang sudah berbeda.
Ada juga istilah, di dunia ini hampir tidak ada yang abadi karena zaman selalu berubah dimana satu-satunya yang abadi hanyalah perubahan itu sendiri. Melihat hal itu sebaiknya memang manusia sebagai penumpang dalam roda perputaran zaman kalau mau memenangkan persaingan wajib jago dalam melihat peluang dan adaptif terhadap ide-ide baru, sudah banyak korban yang harus kalah karena tidak siap.
Kembali ke pepatah Cina tadi, itulah makna pertama yang dapat kita tangkap.
Lalu ada juga makna selanjutnya yang sebenarnya masih berhubungan dengan perumpamaan gigi dan lidah manusia. Yaitu, bagaimana apabila si manusia itu telah mati seperti halnya yang pasti dialami semua mahluk hidup..
Jika sebelumnya pada saat hidupnya, lidahlah yang dapat bertahan dan gigi yang bertambah keropos. Pada saat matinya, justru sebaliknya, lidah yang duluan hancur pada waktu dirinya sudah menjadi mayat, sedangkan gigi kemungkinan besar akan tetap utuh dan menjadi fosil di kemudian hari.
Ini dapat dimaknakan bahwa keteguhan seorang manusia dalam memegang nilai-nilai yang diyakini dan dianutnya mungkin akan menyebabkan dirinya harus kalah melawan arus dominan yang sedang naik daun pada saat itu, apalagi arus dominan itu berlawanan nilainya dengan dirinya. Bisa saja dirinya akan hidup dalam kesusahan atau bahkan cepat mati karena risiko besar yang dilawannya.
Namun namanya setelah dirinya mati akan lebih lama dikenang oleh generasi selanjutnya, bisa sebagai pahlawan atau bisa hanya sekedar sebagai orang yang keras kepala.
Berbeda dengan yang seperti lidah, manusia semacam itu mungkin akan hidup lebih lama karena keluwesannya bertahan. Akan tetapi pada dirinya mati, mungkin saja namanya akan lebih cepat dilupakan begitu saja atau hanya sebagai pelengkap dalam buku-buku sejarah bukan sebagai penentang tapi menjadi pengekor.
Yah seperti itu maknanya yang dapat ditafsirkan penulis, tafsir asal-asalan yang pasti banyak kekurangannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H