Lihat ke Halaman Asli

Adi Dibyo

Guru BK SDI Makarima Kartasura dan Konsultan inklusi

Hiperleksia

Diperbarui: 4 Januari 2024   10:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 iStock (istockphoto.com) 

Hiperleksia : Pemahaman dan Implikasinya dalam Pembelajaran Anak

Dalam era globalisasi dan kemajuan teknologi saat ini, perkembangan anak menjadi perhatian utama bagi orang tua dan pendidik. Salah satu masalah yang sering dihadapi adalah gangguan perkembangan pembacaan dan pemahaman anak. Salah satu gangguan tersebut adalah hiperleksia. Membahas tentang hiperleksia, termasuk definisi, gejala, dan implikasinya dalam pembelajaran anak.

Definisi Hiperleksia

Hiperleksia adalah suatu kondisi di mana anak memiliki kemampuan membaca yang luar biasa, namun memiliki kesulitan dalam memahami teks yang dibacanya. Istilah "hiperleksia" sendiri berasal dari kata "hiper" yang berarti berlebihan, dan "leksia" yang berarti membaca. Hiperleksia sering kali dikaitkan dengan spectrum autism, meskipun konidisi ini juga dapat terjadi secara mandiri tanpa ada gangguan lainnya.

Gejala Hiperleksia

Anak dengan hiperleksia umumnya memiliki kemampuan membaca di atas rata-rata pada usia yang sangat muda, bahkan sebelum memasuki usia sekolah. Mereka dapat menghafal kata-kata dengan cepat dan mengenali huruf-huruf dengan mudah. Namun, mereka kesulitan dalam memahami makna dari kata-kata yang mereka baca. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam memahami kalimat, menghubungkan konteks, atau menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan teks yang dibaca. Selain itu, anak dengan hiperleksia juga dapat menunjukkan ketertarikan yang mendalam pada huruf, angka, dan simbol-simbol tertulis.

Implikasi dalam Pembelajaran Anak

Hiperleksia dapat memiliki dampak yang signifikat dalam proses pembelajaran anak. Anak dengan hiperleksia seringkali dihadapkan pada kesulitan dalam memahami teks bacaan di sekolah, yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk belajar dan berpartisipasi dalam kelas. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam memahami instruksi, mengikuti cerita yang dibacakan, atau mengekspresikan pemahaman mereka secara lisan atau tertulis. Pendidik dan orang tua perlu menyadari keberadaan hiperleksia dan mencari strategi pembelajaran yang sesuai untuk mendukung perkembangan anak dengan kondisi ini. Beberapa strategi yang dapat diterapkan antara lain:

Menggunakan pendekatan multisensory:

Menggabungkan penggunaan berbagai indera seperti pendengaran, penglihatan dan perabaan dalam pembelajaran dapat membantu anak dengan hiperleksia memperkuat pemahaman mereka. Misalnya, membacakan teks sambil menunjukkan gambar atau menggunakan alat peraga yang dapat disentuh

Memberikan dukungan individu :

Setiap anak dengan hiperleksia mungkin memiliki kebutuhan dan tingkat kemampuan yang berbeda. Pendidik dan orang tua perlu memberikan dukungan individu yang sesuai, seperti pengulangan materi, penjelasan tambahan, atau tugas yang disesuaikan dengan tingkat pemahaman mereka.

Membangun ketrampilan komunikasi :

Selain membantu anak memahami teks bacaan, penting juga untuk membangun ketrampilan komunikasi mereka. Melibatkan mereka dalam diskusi, meminta mereka untuk mengungkapkan pemikiran mereka, atau mendorong mereka untuk menulis cerita dapat membantu menigkatkan kemampuan mereka dalam menyampaikan pemahaman secara verbal maupun menulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline