Lihat ke Halaman Asli

Merapatnya Demokrat ke Jokowi

Diperbarui: 5 Januari 2016   04:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tanggal 29 Desember 2015, Presiden Jokowi dalam rangka menghadiri HUT KPK ke duabelas sekaligus sambil meresmikan Gedung Baru KPK, yang terletak di Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan.

Peresmian tersebut, di hadiri oleh dua mantan Ketua KPK, masing2 Taufiqurrahman Ruki dan Abraham Samad serta dua mantan Presiden RI yakni BJ Habibie dan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Ruki berharap bahwa peresmian gedung baru KPK ini dapat memberikan semangat dalam memberikan konstribusi terhadap pemberantasan korupsi, terutama perbaikan pelayanan publik, perbaikan sistem dan menciptakan sistem yang lebih bersih.

Samad juga mengharapkan hal senada bahwa gedung yang megah dan lebih besar ini dapat menjadi tolak ukur pemberantasan korupsi yang cukup representif sehingga membuat teman2 di KPK semakin kuat dan getol memberantas korupsi.

Yang tampak menarik adalah kompak dan akrabnya Presiden Jokowi dengan SBY, ketika keduanya sama2 mengenakan batik berwarna cokelat, sehingga menimbulkan spekulasi bahwa “Demokrat merapat ke Jokowi”, terkait dengan adanya rumor reshuffle Kabinet jilid II.

Tentu saja wacana ini dibantah oleh Partai Demokrat yang disampaikan oleh Imelda Sari, Ketua Divisi Komunikasi Publik, yang mengatakan bahwa keakraban Jokowi –SBY adalah simbol dimana SBY menghargai Jokowi yang berkomitmen untuk memberantas korupsi, yang merupakan satu bagian dari amanah reformasi yang harus dijaga bersama. “Sikap ini menunjukkan bahwa Partai Demokrat tetap konsisten, tak pernah berfikir dan tak punya keingingan untuk masuk kabinet sekarang”, ujar Imelda. “Bahkan, jika pemerintah Jokowi memberikan kesempatan kader Demokrat untuk duduk di Kabinet Kerja, adalah terlalu dini, karena Demokrat menghormati koalisi partai pendukung pemerintah yang sejak awal sudah berjuang keras”, imbuh Imelda.

Memang dalam berpolitik dikenal kebiasaan  "tidak ada kawan dan lawan yang abadi", selain kepentingan sesaat dan jangka pendek untuk partai dan golongannya semata sambil lupa kepentingan rakyat yang konon diwakilinya, sehingga bisa saja pada akhirnya nanti Partai Demokrat menyusul PAN dan PKS yang sudah lebih dahulu merapat ke pemerintahan Jokowi-JK.  Wallahu Alam!!


Sumber

Gambar : Liputan6.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline