Lihat ke Halaman Asli

Pesona Gusti Nurul si Kembang Mangkunegaran

Diperbarui: 13 November 2015   06:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Gambar : Detik.com

Gusti Nurul lahir di Istana Mangkunegaraan, Solo pada tanggal 17 September 1921, putri dari Sri Paduka Mangkunegara VII dengan Permaisuri, Gusti Ratu Timur. Dimasa remaja hingga menjadi gadis, Gusti Nurul dikenal karena kecantikan, kecerdasan, kehangatan serta kecintaannya terhadap kerukunan, telah mampu memikat hati para pria kelas atas dimasa itu. Gusti Nurul juga dikenal karena aktivitas sosial, bakat menari, kemampuan sastra hingga prinsip hidup yang membuat banyak orang mengaguminya. Dengan segala kelebihan yang ada padanya, telah membuat Gusti Nurul didapuk dengan julukan Kembang Mangkunegaran, yang selalu tampil mempesona dan membuat banyak kumbang berebut yang ingin hinggap dihatinya.

Pada tahun 1937, Gusti Nurul memenuhi undangan Kerajaan Belanda untuk menari di Istana Kerajaan Belanda dalam rangka pernikahan Putri Juliana. Karena keterbatasan teknologi audio pada zaman itu, Sang putri Solo ini menari solo dengan iringan alunan gamelan yang dimainkan dari Pura Mangkunegaran yang dipancarkan langsung lewat Solosche Radio.

Dengan kecantikan, kecerdasan dan ketegasan prinsip anti poligami yang merupakan sesuatu hal yang langka dan berani pada saat itu, telah menghipnotis banyak pria, mulai Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Sutan Syahrir, hingga Soekarno, yang telah menyampaikan niat mereka untuk memperisteri Gusti Nurul.

Prinsip anti poligami alias tidak mau dimadu adalah alasan utama menolak pinangan Sultan Hamengku Buwono IX yang secara resmi melamarnya, karena tidak ingin menyakiti sesama wanita seperti yang dialami sang ibunda. Dengan jiwa besar Sri Sultan HB IX menerima penolakan itu dan tetap menjaga hubungan dengan baik. Setelah mendengar langsung dari Gusti Nurul alasan menolak karena takut tidak bisa tidur karena dimadu, Sultan hanya tersenyum dan melalui suratnya kepada Gusti Nurul, Sultan mengatakan sampai kapanpun tidak akan mengambil permaisuri. Alasan tidak ingin dimadu pun, konon menjadi alasan ketika Gusti Nurul menolak pinangan sang Proklamator Soekarno.

Setelah menolak cinta para pria idaman mulai dari Sri Sultan HB IX hingga Soekarno, Gusti Nurul akhirnya memilih menikah dengan RM Soejarsoejarso Soejosoerarso, seorang duda dengan satu anak, tentara berpangkat Letnan Kolonel, dan memilih hidup diluar istana dan pindah ke Jakarta. Sejak tahun 1970an, Gusti Nurul pindah dan menetap di Bandung, tinggal kawasan utara kota Bandung, di Jalan Sangkuriang No 1.

Pada tanggal 10 Nopember 2015, Gusti Nurul wafat dengan tenang di Rumah Sakit Bromeous Bandung, dalam usia 94 tahun, dan jenazahnya disemayamkan di rumah duka di kompleks Bumi Parahyangan, Geger Kalong, Bandung dan baru keesokan harinya dimakamkan di Solo dengan upacara keraton yang pelepasan dari Pringgitan Dalem Ageng dipimpin langsung oleh Sri Paduka Mangkunegoro IX, diikuti oleh ratusan kerabat dan pelayat.

Presiden Jokowi, adalah satu diantara banyak pengirim Bunga Ucapan Belasungkawa, sebagai bentuk perhatian, apresiasi dan penghormatan terakhir Presiden kepada si Kembang Mangkunegaran yang penuh pesona ini.

Selamat Jalan Kembang Mankunegaran.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline