Lihat ke Halaman Asli

Axel Sabina Rachel Rambing

Mahasiswa FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Jurnalisme Media Daring Viva.co.id dalam Bayang-Bayang Konglomerasi Grup Bakrie Bersaudara

Diperbarui: 2 Oktober 2024   20:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Laman resmi Grup Bakrie Bersaudara 

Tulisan ini dibuat dengan pendekatan manajemen untuk melihat pengaruh konglomerasi terhadap kendali narasi berita suatu korporasi media.

Secara harfiah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), manajemen memiliki arti penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Pada praktiknya, manajemen dalam sebuah kelompok atau organisasi merupakan proses untuk mencapai efektivitas serta efisiensi dalam penggunaan sumber daya. Di sisi lain, manajemen juga menjadi alat untuk memastikan tujuan dari kelompok atau organisasi tercapai secara optimal.

Proses manajemen dilakukan dengan berbagai macam pendekatan. Salah satunya yaitu System Approaches to Management dengan perspektif makro. Hal yang ditekankan dalam pendekatan tersebut yaitu menyadari bahwa organisasi bukanlah suatu entitas yang terisolasi. Artinya organisasi tersebut akan berinteraksi dengan organisasi lain dalam suatu lingkungan. Faktor lingkungan yang statis menuntut organisasi untuk bersifat adaptif demi mempertahankan keberadaannya. Penggabungan, akuisisi, dan diversifikasi menjadi strategi organisasi untuk meringankan ketergantungan terhadap sumber daya tertentu (Albarran, 2010, h. 87). Alhasil, suatu organisasi akan menciptakan konglomerasi yaitu keutuhan atas berbagai unsur. Konglomerasi lumrah terjadi dalam industri termasuk industri media untuk menyokong dan melindungi lini bisnis satu dengan yang lain.

Grup Bakrie Bersaudara sebagai induk dari perusahaan media Viva Grup memegang peranan penting terhadap kendali narasi media korporasi tersebut. Anindya Novyan Bakrie sebagai pendiri sekaligus CEO dari Viva Grup tidak hanya menjalani satu bidang bisnis. Ia mengendalikan ragam sektor bisnis melalui jabatannya sebagai Direktur Utama Grup Bakrie Bersaudara. Lini bisnis Grup Bakrie mencakup sektor pertambangan, minyak dan gas (MIGAS), properti, infrastruktur, juga media dan telekomunikasi. 

Sebagaimana praktik suatu industri yang mengeruk hasil alam, maka tidak memungkiri akan  timbul efek negatif bagi lingkungan sekitar. Bisnis Grup Bakrie Bersaudara pada sektor minyak dan gas (MIGAS) juga mendapati hal yang serupa. PT. Lapindo Brantas yang merupakan bagian dari Grup Bakrie melakukan kesalahan operasional pada proses pengeboran minyak bumi. Petaka yang menjadi awal dari Tragedi Lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo tahun 2006. 

Mirisnya, hingga kini titik semburan masih aktif dan tidak menunjukan tanda-tanda akan berhenti. Tragedi ini menenggelamkan ratusan rumah warga, lahan pertanian, juga terganggunya kegiatan perekonomian warga setempat selama 18 tahun belakangan. Dampak sosial yang meluas dan mendalam menciptakan perubahan dalam sekejap mata pada keseharian warga Porong. Bisa dibayangkan betapa berat kehilangan yang terjadi pada para korban, tidak hanya persoalan kehilangan fisik namun kehidupan dan masa depan yang sudah mereka bangun selama bertahun-tahun. 

Pada titik ini, peran media VIVA Grup yang terafiliasi dengan Grup Bakrie Bersaudara diragukan. Narasi media VIVA tentang tragedi Lumpur Lapindo seperti yang terdapat dalam portal berita daringnya Viva.co.id dominan menyorot dan memberitakan dari sudut pandang pemerintah serta Korporasi Grup Bakrie Bersaudara. Sementara itu, pemberitaan yang mewakili sudut pandang korban sangat amat minim, bahkan tidak ditemukan. 

Pemberitaan tentang Lumpur Lapindo pada media daring VIVA. (Sumber: Laman berita daring Viva.co.id)

Oleh sebab itu, jurnalistik dalam media daring Viva.co.id tidak mewakili fungsinya untuk menyuarakan kepentingan publik yang menjadi korban dalam Tragedi Lumpur Lapindo di Porong. Dalam konglomerasi Grup Bakrie Bersaudara yang juga menaungi VIVA Grup termasuk Viva.co.id, ada kepentingan lain yang harus dilindungi. Hal ini berdampak pada narasi yang dihasilkan media berita VIVA serta bagaimana media berita tersebut membingkai isu Lumpur Lapindo.

DAFTAR PUSTAKA

Albarran, A. B. (2010). Management of Electronic Media.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline