Buku (masih) jadi jendela dunia?
Buku adalah jendela dunia. Pepatah ini tentu sudah sering kita dengar. Pertanyaannya, kenapa jendela? Tentu bukan tanpa alasan.
Coba bayangkan saat kita melihat ke luar jendela, apa yang bisa kita lihat? Ada langit, bulan, bintang. Benda-benda yang jauh bisa terlihat.
Begitu pula buku. Kita dapat melihat hal yang jauh, bahkan tak terlihat oleh mata. Mengetahui fakta-fakta menarik lewat ensiklopedia, mengetahui apa yang ada di masa lalu lewat buku sejarah, juga mengenal orang hebat yang belum pernah kita temui lewat buku biografi. Buku menjadi media untuk mendapatkan informasi yang sulit untuk dilihat atau dirasakan secara langsung.
Namun, seiring perkembangan jaman, ada banyak media lain yang bisa digunakan untuk memperoleh informasi. Tak hanya buku, informasi bisa didapat dari internet. Tak hanya lewat tulisan, informasi bisa diolah menjadi gambar bahkan video.
Dengan bertambahnya pilihan media ini, masihkah buku menjadi jendela dunia?
Jawabannya ya. Buku tetap menjadi sumber pengetahuan yang akurat dan menjadi referensi utama dalam dunia pendidikan.
Buku (masih) menjadi jendela dunia, tapi tidak menjadi satu-satunya. Informasi dapat diperoleh dari manapun, termasuk media-media lain yang telah disebutkan di atas.
Buat apa susah-susah baca buku, kan ada AI? Tinggal ketik kaca kunci, beres. Jawaban langsung muncul.
Memang benar. Dengan AI (Artificial Intelligence), kita bisa mendapatkan informasi secara cepat tanpa perlu membaca keseluruhan buku atau bahkan membaca beberapa buku.
Dari segi kemudahan AI memang lebih unggul, tapi untuk memperoleh pengetahuan yang komprehensif dan sistematis, bukulah jawabannya. Tak sekadar menjawab kata kunci yang kita ajukan, buku memberikan pengetahuan secara menyeluruh.