Lihat ke Halaman Asli

Jangan Narsis (Aja) di Facebook!

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13831942991927958895

Oleh: Abi Awwabin [Koordinator Komisi A (Isu dan Media) PuskomdaFSLDK Sumatera Utara 2013-2015]

Media informasi saat ini, berkembang dengan sangat pesat. Bahkan kini media informasi tak lagi dapat dibendung perkembangannya. Kini siapapun dapat mengetahui informasi apapun dari manapun. Bahkan kini anak SD dapat mengetahui dengan jelas asal-usul dan informasi tentang seseorang hanya melalui layar hp-nya. Begitu juga jika ia ingin mengetahui informasi lain seperti berita, gaya hidup, dan lain-lain.

Nah sekarang coba kita bayangkan jika semua informasi yang tersedia dalam setiap media itu adalah informasi-informasi yang tidak tepat untuk di konsumsi oleh anak-anak atau bahkan oleh siapapun.  Dan informasi tersebut dengan mudah mereka akses melalui ponsel kecil yang dihadiahkan oleh orangtua mereka sendiri saat ulang tahunnya yang ke 10 tahun. sambil mengurai do’a bahwa anaknya kelak akan menjadi anak yang sholeh/ah dan dapat berbuat banyak untuk perbaikan negeri ini.

Berangkat dari sedikit perumpamaan di atas, sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk ikut terjun langsung memberantas informasi yang tidak baik dan menyebarkan informasi kebaikan di dunia maya. Dalam pembahasan ini, saya coba titik beratkan pada media social yang sangat populer di kalangan pengguna internet di Indonesia bahkan dunia.

[caption id="attachment_298432" align="aligncenter" width="300" caption="Media Social"][/caption]

Indonesia sendiri menduduki peringkat ke-5 di dunia dalam jumlah akun twitter. Indonesia berada di bawah Amerika serikat, Brazil, Jepang dan Inggris dalam urusan berkicau di dunia maya. Dan untuk Facebook, indonesia menempatkan jakarta sebagai ibukota ke-2 di dunia yang memiliki akun terbanyak, mengungguli sao paolo dan berada di bawah ibukota Thailand yaitu bangkok.

Maka sebenarnya ini adalah peluang yang sangat besar untuk kita dapat menyampaikan informasi kepada banyak orang dalam waktu yang bersamaan. Kita hanya cukup duduk di depan laptop atau tablet, lalu kita memposting dan membagikannya ke media social, maka kita akan memiliki jumlah orang tidak terhitung yang akan membaca postingan kita. Termasuk jika kita memposting tentang bisnis, cerita ataupun tentang nasihat.

Lalu apa kaitannya dengan berdakwah? Kenapa kita perlu aktif berdakwah di facebook atau twitter? Apakah efektif? Seberapa banyak orang akan tersadarkan dengan dakwah kita melalui media online?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa kita ulas dari sebuah fakta bahwa, rata-rata orang di dunia menghabiskan waktunya sebanyak 700 milyar menit di depan facebook dan 250 juta penggunanya menggunakan perangkat berjalan atau mobile phone. Nah apakah kita mau melihat waktu yang begitu banyak hanya digunakan untuk melihat atau membaca informasi yang terkesan tidak bermanfaat? Atau kita bersiap mengencangkan ikat pinggang agar waktu yang begitu banyak justru digunakan untuk membaca konten-konten berkualitas.

Maka sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk berdakwah melalui media social, karena ternyata disana banyak sekali mad’u yang membutuhkan informasi-informasi yang baik dan dapat menambah wawasan tentang keislaman. Saya malah seringkali miris melihat beberapa Aktivis Dakwah yang seharusnya berdakwah melalui media social justru lebih asik narsis dan terkesan menyebarkan status-status atau tweet yang kurang bermanfaat. Juga tidak memiliki imbas positif yang signifikan bagi yang membacanya. Mari kita coba merubah frame berpikir bahwa media social itu bukanlah tempat yang sia-sia jika kita aktif di dalamnya dengan membawa kebaikan. Tidak juga tempat untuk mengekspresikan diri ke arah yang kurang bermanfaat, karena banyak sekali yang melihat kita sebagai seorang kader dakwah dan mengharapkan informasi yang baik dari kita. Bukan foto terbaru kita, bukan juga keluhan-keluhan kita tentang sesuatu. Cukuplah Allah sebagai sebaik-baik tempat untuk berkeluh kesah dan merenda do’a.

Setelah kita mampu dengan baik melakukan dakwah melalui media social, maka kita perlu meningkatkan nilai kebermanfaatan kita dengan cara menambah pemirsa yang bisa mengetahui apa yang ingin kita sampaikan. Caranya adalah dengan mengintegrasikan semua media online yang kita miliki. Baik itu secara pribadi, maupun secara kelompok sebagai lembaga dakwah. Pada prakteknya memang kita tidak bisa menghitung secara pasti berapa orang yang akan menerima informasi dari kita. Tetapi trend terakhir menunjukkan bahwa ketika sebuah akun bergerak untuk kebaikan, itu menerima respon sangat baik dari masyarakat. Contohnya kalau di twitter saya mengamati ada beberapa akun sederhana, contohnya: @felixsiauw, @hijabalila, @yusuf_mansyur, @TanpaJIL, @dakwatuna, dan lain-lain.

Sebelum kita mengintegrasikan (menghubungkan) semua media online kita, pertama-tama kita harus memilih salah satu sebagai main dimana kita menuangkan ide-ide, informasi maupun gagasan kita untuk perbaikan masyarakat. Kalo saya sendiri memilih blog, atau untuk lembaga dakwah saya sarankan membangun sebuah website. Setelah itu hubungkan dengan semua media social yang kita miliki, baik itu facebook, twitter, tumblr, linkedin, dan lain-lain.

[caption id="attachment_298433" align="aligncenter" width="300" caption="Integrasi Media"]

13831943591554338698

[/caption]

Dengan cara tersebut, kita bisa menyampaikan semua informasi yang kita telurkan kepada banyak sekali pemirsa, karena tentu saja kita memiliki teman yang berbeda di twitter, facebook atau tumblr. Belum lagi jika teman kita tersebut me-retweet (twitter) atau men-share (facebook) atau juga me-reblog (tumblr), tentu saja akan menambah pemirsa yang akan membaca karena secara kasar kita bisa tahu bahwa teman kita tersebut memiliki teman yang relatif berbeda dengan kita.

Maka sebenarnya dengan melihat efektifitas ini dan juga menilik banyak sekali fakta terkait dengan media social, kita harus mulai menyadari bahwa wadah ini adalah wadah yang sangat potensial untuk berdakwah dan menebar kebaikan. Dan tentunya memiliki efek yang jauh lebih luas daripada kita berdakwah secara fardiyah. Meskipun kita tidak bisa menapikkan bahwa dakwah fardiyah akan memberikan pemahaman yang jauh lebih mendalam dan lebih kuat. Tetapi jika kita bisa menggabungkan dengan baik kedua media ini, kita bisa mendapatkan hasil yang jauh lebih bagus dan dapat mempercepat perbaikan di indonesia terutama dalam perbaikan moral.

Semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan kepada kita dan memberikan pemahaman yang baik tentang islam, sehingga kita tidak terjebak pada arus zaman dan liberalisme. Semoga Allah juga karuniakan kebermanfaatan untuk tulisan saya ini sehingga dapat meng-inisiasi teman-teman sekalian untuk mulai berdakwah melalui media online.

salam,

(Judul Asli: Integrasi Media Informasi Dakwah dan Efektivas Syiar)

sumber:

http://netpreneur.co.id/9-fakta-menarik-tentang-indonesia-dan-social-media/#.UnJwa_lOKz4

http://republiktwitter.wordpress.com/2010/07/10/52-fakta-keren-social-media/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline