Lihat ke Halaman Asli

Hakuna Matata: Pelajaran Hidup dari Film "The Lion King"

Diperbarui: 12 Agustus 2019   14:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gambar: imdb.com

Ketika Simba kecil terpaksa meninggalakan Pride Lands, dia membawa serta kesedihan dan rasa bersalahnya. Sedih, karena Mufasa, sang ayah yang dicintanya telah mati. Merasa bersalah, karena kematian ayahnya demi menyelamatkan dirinya dari amukan sekawanan banteng yang berlarian dalam panik.

Simba kecil pun tidak peduli jika dirinya hampir mati di belantara padang pasir. Jika bukan karena berang-berang Timon dan babi hutan Pumbaa, tubuhnya sudah tercabik dimangsa sekelompok burung Nazar. Timon dan Pumbaa menjadi penyelamatnya, yang kemudian mengajaknya pulang  bersama mereka di belantara yang indah dengan beragam satwa yang hidup di dalamnya. Dan disini, Simba diajarkan tentang filosofi yang mereka genggam erat "hakuna matata".

Hakuna Matata, jangan pernah merasa khawatir sepanjang hidup, itulah filosofi Timon, Pumbaa, dan semua penghuni belantara indah tersebut yang kini juga menjadi rumah bagi Simba. Di belantara ini, Simba tumbuh dewasa dan melupakan masa lalunya.

Dia tumbuh bukan sebagaimana layaknya singa yang menjadikan antelop atau rusa sebagai makanannya, tetapi dia tumbuh dengan serangga yang hidup di tanah atau batang kayu sebagai menu hariannya. Itu yang diajarkan semua penghuni belantara, jangan saling memangsa karena kehidupan bukan tentang the circle of life.

Hingga tiba waktunya, Nala, singa betina sahabat Simba, datang, Dia meminta Simba, yang kini sudah tumbuh perkasa, untuk pulang. Untuk menyelematkan Pride Lands tanah kelahirannya yang sekarang kerontang. 

Sejak Scar, sang paman, berkuasa menggantikan Musafa, kehidupan Pride Lands tidak seindah sebelumnya. Perburuan dan pembunuhan terus dilakukan oleh Scar bersama gerombolan Hyena, sekutunya. Mereka tidak peduli tentang keseimbangan alam yang sebelumnya dipegang teguh oleh Mufasa. Pride Lands diambang kemusnahan.

Simba bimbang. Dia enggan meninggalkan belantara surganya dimana dia hidup damai bersama para sahabatnya; dimana mereka tidak saling memangsa. "Tetapi engkau tetaplah seekor singa, di dalam dirimu ada darah Mufasa yang mempunyai tanggung jawab untuk menjaga seluruh belantara.." suara ayahnya terdengar dari langit. 

Akhirnya, Simba memutuskan untuk mengambil tanggung jawabnya. Dia harus pulang, sebagai singa dan mengambil alih kuasa dari Scar untuk menyelamatkan keluarga, tanah kelahiran, dan keseimbangan belantara.

Scar, sang penguasa tua yang lebih banyak menghasilkan petaka, berhasil dikalahkan oleh Simba. Gerombolan Hyena, sekutunya, pun harus tunduk dan kembali ke lembah gelap dimana mereka berasal. Simba telah mampu membuktikan jika dirinya yang lebih layak menjadi Raja. 

Darah singa yang mengalir dalam tubuhnya sudah seharusnya dibiarkan menjelma dalam perilakunya. Dia harus mengambil tempat dalam lingkaran kehidupan (circle of life) yang memang sudah ditetapkan oleh penguasa semesta. 

Jika rusa adalah mangsanya, maka tidak seharusnya dia memakan serangga. Jika menjadi raja rimba adalah takdirnya, maka tidak pantas jika dia memilih hidup dibawah berang-berang atau babi hutan. Karena jika itu yang dia lakukan, akan mengganggu keseimbangan alam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline