Lihat ke Halaman Asli

Petak Jongkok

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1349451583652319322

Petak jongkok? Pasti seketika muncul pertanyaan tersebut ketika membaca judul tulisan ini. Saya sendiri baru beberapa hari kemarin mendengar istilah itu. Petak jongkok, menurut penjelasan teman saya hal itu merupakan permaianan anak-anak. “Petak jongkok itu mainan gue waktu kecil ri, dimainin ama beberapa anak, sekitar tiga sampe lima. Ada satu anak yang jadi penjaga, dia kudu ngejer temen-temen yang lain, kalo penjaganya itu udah hampir nangkep temen lain, temen yang dikejar itu bisa aman kalo dia jongkok, tapi setelah dia jongkok harus ada temen lain yang nyelametin dia biar bisa main lagi.” Jelasnya singkat. “Oh, kalo itu sih di kampungku namanya “oyak patung”. Hampir sama sih, cuma biar aman si pemain harus jadi patung, bukannya jongkok,” sahutku.

[caption id="attachment_209975" align="alignnone" width="300" caption="petak jongkok (doc. http://notnowshare.blogspot.com/2011/05/petak-jongkok-tap-jongkok.html)"][/caption]

Pada umunya permainan anak-anak di Indonesia ini konsepnya hampir sama, hanya saja penyebutannya yang berbeda. Rabu kemarin saya dan beberapa teman janjian untuk olahraga bersama di lapangan kampus, karena hanya sedikit yang datang akhirnya kita memutuskan untuk bermain. Petak jongkok. Awalnya kita gambreng, kemudian terpilihlah orang yang jaga, kebetulan bukan saya. Setelah pemanasan sebentar akhirnya kita pun mulai bermain. Sekitar 15 menit, kami sudah merasa lelah dan berhenti bermain. Tapi jangan salah, meski hanya 15 menit, keringat yang dihasilkan cukup banyak, kalori yang dibakar pun saya taksir tidak jauh berbeda dengan jogging selama setengah jam.

Permainan petak jongkok ini ternyata sangat bermanfaat, untuk kesehatan tentu saja iya, untuk melatih ketangkasan iya juga. Namun, hal yang ingin saya soroti dalam permainan ini adalah interaksi pemain dan kerjasama. Dalam petak jongkok, jika sudah ada teman yang jongkok, maka sudah mejadi kewajiban pemain lain untuk menyelamatkannya, dalam prosesnya kita sebagai pemain pun memiliki resiko ditangkap oleh penjaga. Saat seperti inilah dibutuhkan sedikit srategi dan kerjasama. Sepertinya sepele, tapi sebenarnya tidak juga. Permainan ini mengajarkan kita agar peduli dengan orang lain, jika ada orang yang sedang kesusahan tanpa diminta pun selayaknya kita turut membantu. Meskipun ada resiko yang menghantui kita jika hendak membantu orang tersebut. Jadi intinya, kita selayaknya membantu dan peduli terhadap orang lain, meskipun ada resiko yang mungkin akan hadir. Tapi saya pikir itu hal yang wajar, kehidupan ini memang penuh resiko, bahkan tarikan nafas pun beresiko.

Sebelum saya akhiri tulisan ini, saya berharap bahwa setelah teman-teman membaca tulisan ini, teman-teman mau bernostalgia kembali dengan permainan anak-anak. Yang paing utama, ajakalah anak-anak di sekitar teman-teman untuk turut serta. Sangat miris sebenarnya melihat anak-anak zaman sekarang yang sangat akrab dengan segala jenis gadget. Teknologi bisa menjadi pembunuh jika tidak diimbangi dengan budaya yang arif. Jadi, mari mainkan permainan anak Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline