Lihat ke Halaman Asli

Air Mata Kerinduan*

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Apa kabar, apa kabar Kekasihku?
Apa kabar Penyejuk Hatiku?

Sungguh, jauh darimu adalah penderitaan
Sungguh, jauh darimu adalah kenestapaan

Hari hari yang kulalui tanpamu
Bagaikan layang layang terbang
Layang layang yang talinya terputus
Ia melayang layang bimbang
dan hanya mengikuti angin yang berhembus

Aku rindu hari hari bersamamu
Aku rindu nasehat nasehatmu
Aku pun sadar, aku telah menyia-nyiakannya dulu
Dan aku yakin, penyesalan takkan bisa mengulangi waktu

Duh, Kekasih Hati
O, Pelita Nurani
Sungguh, aku rindu
Serindu 'Rindu' merindukan 'Rindu'

Manusia mana yangg tak merindukan
Sosok tulus yang mempertahankan keikhlasan
Yang tak butuh sanjungan dan pujian
Yang selalu tabah saat suara sumbang membisingkan pendengaran

Demi Allah, air mataku mengalir mengiringi rindu
Air mataku menetes mengiringi do'a nan syahdu
Semoga Allah kembali mempertemukan kita
Sebelum pertemuan kita di alam yang berbeda
Dan semoga kita kelak bertemu di surga-Nya.

Âmîn.

* Puisi ini aku persembahkan untuk guruku tercinta, sang Penyejuk Hati, KH. Mukhlas Babakan Ciwaringin Cirebon.
Tarim, 25 Februari 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline