Lihat ke Halaman Asli

Vision, Belief & Action: Mengubah Kelemahan Menjadi Kekuatan Dahsyat

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dari beberapa kisah inpiratif orang-orang sukses dengan segala macam perjuangannya, satu kisah yang menginspirasi saya adalah kisah Wilma Rudolph. Wilma Rudolph, adalah seorang wanita kulit hitam yang lahir dari keluarga miskin pada 23 Juni 1940, di Tennesee, Amerika Serikat. Dia adalah anak ke-20 dari 22 bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai seorang kuli angkut barang. Sementara itu ibunya menjadi tukang masak dan tukang cuci di lingkungan tempat tinggalnya. Pendapatan terbatas dengan beban membiayai 22 orang anak benar-benar membuat keluarga Rudolph hidup dalam kemiskinan.

Saat usia 4 tahun, Wilma menderita radang paru-paru dan demam dengue yg menyebabkan kakinya lumpuh karena polio. Orgtuanya tak mampu membiayai pengobatannya karena rasialisme di Amerika membatasi akses mereka pada fasilitas kesehatan dan dunia pendidikan. Dokter yang memeriksanya mengatakan bahwa kaki Wilma akan lumpuh selamanya dan dia harus ditopang dengan penyangga kaki. Mendengar hal itu, ibu Wilma tidak patah arang. Dia justru memberikan semangat dan meyakinkan anaknya bahwa suatu saat pasti Wilma bisa berjalan lagi. Apa yang dikatakan Wilma? “Biarlah dokter mengatakan aku tidak bisa berjalan lagi. Tapi bila ibuku mengatakan aku bisa berjalan lagi, maka aku lebih percaya ibuku”.

Semakin lama kondisi kaki Wilma semakin memburuk. Kakinya yg lumpuh semakin mengecil dan hanya terjuntai ke bawah tak bereaksi apapun. Namun Wilma terus yakin dan justru kelemahan itu membangkitkan mimpinya. “Aku akan menjadi wanita tercepat di dunia. Aku akan menjadi pelari tercepat di dunia”. Kata-kata itu terus diucapkannya sambil dia terus mencoba berdiri. Walalupun ratusan bahkan ribuan kali dia terjatuh, tapi dia tak mau menyerah. Orang-orang disekitarnya sampai merasa iba dan meneteskan air mata melihat Wilma berkali-kali jatuh ditengah usahanya. Kadang mereka menyuruh Wilma untuk berhenti dan melupakan impiannya, tapi Wilma tetap teguh dan terus berusaha.

Pada usia 9 tahun, Wilma memantapkan diri untuk membuang tongkatnya. Tongkat dari dokter tersebut dianggapnya justru menjadi penghalang mimpinya. Meskipun dengan susah payah, dia terus berusaha dan belajar berjalan dengan normal. Selama 3 tahun ia terus mencoba melangkah, berjalan dan bahkan berlari.

Pada usia 13 tahun ia mengikuti lomba lari pertama kalinya. Wilma adalah satu-satunya peserta dengan kakli tidak sempurna. Dia hanya menempati posisi terakhir pada lomba itu. Orang-orang mengatakan padanya untuk berhenti, tapi dia terus melaju. Tidak hanya berhenti pada satu lomba, Wilma terus mengikuti lomba-lomba lainnya. Bahkan hingga ratusan lomba dia ikuti dan belum pernah sekalipun menang. Tapi dari sekian banyak kekalahan itu Wilma selalu mendapatkan pelajaran dan dia sekamin kuat. Hingga suatu hari, dia berhasil memenangkan lomba lari dalam satu kejuaraan tingkat Provinsi.

Karena keberhasilannya itu, mata orang menjadi terbuka dan memperhitungkan Wilma. Sebagai juara, Wilma berhasil meraih beasiswa di Tennesee State University. Di kampus ini, kemampuan Wilma semakin terasah setelah dilatih oleh pembimbingnya, Ed Temple. Kepada Ed Temple, Wilma menyampaikan mimpinya “Saya ingin menjadi wanita tercepat di lintasan atletik dunia”. Semangat, motivasi dan passion Wilma mendorong Ed untuk semakin giat melatihnya. Dibawah bimbingan Ed, Wilma terus berlatih siang malam dan bertanding dalam ratusan lomba lainnya. Berkat kegigihanya, akhirnya sejarah mencatat, pada Olimpiade tahun 1960, Wilma Glodean Rudolph, Seorang wanita kulit hitam pertama yg pernah menderita polio dan lumpuh, akhirnya menjadi juara Olimpiade dan memenangkan 3 medali emas di lintasan lari 100 meter, 200 meter dan estafet 400 meter. Mimpi Wilma terwujud menjadi kenyataan berkat sebuah keyakinan dan perjuangan tiada henti.

Kisah Wilma Rudolf tersebut memberikan bukti bahwa vision (visi/mimpi), keyakinan, dan tindakan nyata yang disertai kesabaran dan kegigihan dapat mengubah kelemahan yang dimilikinya menjadi sebuah kekuatan luar biasa. Dalam keterpurukannya yang tengah mengidap folio Wlma justru bermimpi menjadi wanita tercepat di dunia. Itulah Visi. Bagi sebagian orang, mimpi Wilma mungkin hanya mimpi di siang bolong yang tak mungkin menjadi kenyataan. Tapi dengan keteguhannya Wilma meyakini itu akan menjadi kenyataan. Itulah belief. Bahkan keyakinan Wilma menempatkan vonis dokter pada posisi terbawah jauh dibawah keyikannya pada kata-kata ibunda yang dicintainya. Tidak berhenti di situ Wlma terus melakukan tindakan nyata. Dia terus berlatih berjalan dan bahkan membuang tongkat yang dianggapnya sebagai penghalang. Itulah Action.

Itulah rumusan kesuksesan Wilma. Vission + Belief + Action dibungkus dengan pikiran-pikiran positif (Positive Mind), Kegigihan (persistence) dan Kesabaran (Patience).

Meskipun terjatuh berkali-kali di tengah usahanya belajar berjalan, Wilma tak mau berhenti dan tetap gigih berusaha. Sembilan tahun bukanlah waktu yang pendek untuk belajar berjalan dan Wilma tetap sabar menjalaninya. Kegigihan dan kesabarannya bahkan membuat orang-orang di sekelilingnya meneteskan air mata. Itulah yang disebut usaha. Janganlah anda merasa sudah berusaha maksimal sebelum orang-orang disektiar anda menangis karena terharu melihat usaha anda. Siapapun dan dimanapun anda itulah rumusan keberhasilannya. Tidak ada orang yang lemah di dunia ini kecuali orang yang putus asa, tidak punya mimpi dan keyakinan. Maka bangkitkanlah mimpi itu dan tanamkan keyakinan pada diri anda. Dan jangan lupa Action!.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline