Lihat ke Halaman Asli

Sukhoi Antara “Tantangan” dan Kedahsyatan Teknologi Manusia

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Manusia percaya bahwa manusia adalah makhluk tuhan yang paling mulia, yang diciptakan dengan modal alami yang lebih menakjubkan dan lengkap daripada makhluk lainnya. Setidaknya begitulah kepercayaan bagi manusia bertuhan. Artinya adalah bahwa manusia yang percaya akan eksistensi tuhan yang dalam proses perjalanan hidupnya percaya bahwa tuhan bukan hanya sebagai pencipta (kausa prima), tetapi juga pengatur dan pengendali (controller). Ia berhak secara mutlak menetapkan segala sesuatu sesuai dengan kemauannya (kehendaknya). Dalam hal ini, bagi manusia bertuhan tuhan benar-benar satu dan satu-satunya tempat untuk meminta dan memohon segala kecukupan hidup, baik itu kecukupan secara jasmani maupun rohani. Kecukupan yang kadan bukan hanya berupa kebutuhan tetapi juga keinginan yang faktanya jauh melebihi do’a-do’a yang dipanjatkan atas kebutuhan itu sendiri.
Tuhan itu banyak, bukan hanya satu. Merujuk kepada pengertian tuhan (god) yang diterangkan dalam Cambridge Learner’s Dictionary 3rd edition, god the spirit who created the universe and everything in it and who rules over it. Jika saya konteks-kan universe (alam semesta) kepada individu (manusia) maka tuhan adalah yang menciptakan dan mengaturnya. Saya lebih menyoroti kepada “yang mengaturnya”, oleh karenanya tuhan itu banyak.
Manusia diatur atau dikendalikan oleh berjuta pemikiran, berjuta angan yang tidak menutup kemungkinan menjadikannya tuhan. Artinya yang mengendalikan hidupnya. Tugas yang sebenarnya tertinggal adalah bagaimana sebaiknya menyikapi pemikiran tersebut. Logika manusia tidak mampu menggapai apa yang memang tidak dapat dibuktikan secara indra. Hal ini yang kemudian, berdasarkan diskusi saya dengan para atheis di salah satu jejaring sosial, tidak mengakui adanya tuhan, bahwa tuhan itu tidak ada, termasuk segala makhluk gaib yang tidak dapat dibuktikan secara indra dan akal, ITU TIDAK ADA. Hati-hatilah dengan pemikiran kita, disini yang ingin saya garis bawahi adalah bahwa pemikiran adalah jalan membaca ayat tuhan di semesta. Kita mungkin tidak menyadari bahwa alam semesta (universe) sejak dibahasakan saja sudah terkandung makna yang sangat dalam. Universe, UNI-VERSE, UNI-KUMPULAN DAN VERSE - KATA – KATA/FIRMAN. Bahwa universe, alam semesta, adalah kumpulan firman tuhan yang sangat wajib dibaca agar kita sendiri dapat melogikakan apa yang kita dapat dari pembacaan tersebut.
Sebagai manusia bertuhan Allah, umat Islam, saya idealnya benar-benar menyerahkan segala hidup dan mati saya hanya kepada Allah. Disini makna yang terkandung tidak lain adalah dengan sungguh-sungguh melepaskan segala keinginan yang berlebihan (indikator berlebihan disini adalah berdasar hati nurani masing-masing) dan berusaha sekuat tenaga menggapai keinginan yang tepat (tepat secara waktu dan ruang) secara konsisten, gigih, dan dalam jalan yang senantiasa merujuk pada apa yang telah difirmankan-Nya. Namun tidak dipungkiri, kelalaian tidak jarang mendekat.
Berbicara mengenai sukhoi yang belum lama ini terjun bebas menghantam gunung Salak, saya membaca hal ini sebagai suatu yang sangat mistis. Sudahkah anda melihat foto berikut? Berikut adalah foto yang sempat diabadikan, saya peroleh dari sergeydolya.livejournal.com. untuk lebih lanjut, dapat dibaca penjelasannya disana.

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=125896580879133&set=o.217151188368996&type=1&theater

Apa yang anda baca?
Bukankah itu sebuah tantangan kepada Allah SWT? Wajar saja tekhnologi yang mutakhir, yang diclaim sangat keren itu tidak dapat berkata lebih lanjut setelah TANTANGAN ITU DIBAYAR LUNAS OLEH ALLAH SWT? Sungguh jangan sekali-kali menantang tuhan segala tuhan, Allah SWT.
Seperti halnya Titanic dan Pesawat rocket Challenger, lunas sudah kesombongan manusia. Bagaimana anda masih tidak percaya tuhan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline