Lihat ke Halaman Asli

Gadget is My Best Teacher and Baby Sister: Really ?

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saat Kurikulum 2013 diberlakukan anak ke-2 Penulis baru masuk SLTA/SMA di kota Palembang.  Kata gurunya waktu itu bahwa dalam   Kurikulum 2013 siswa siswi harus melek teknologi dan bisa mengakses internet melalui Gadget, Warnet maupun peralatan elektronik/telekomunikasi lain yang ada fasilitas internet. Pembaca bisa menebak selanjutnya, ia minta dibelikan HP. Alhamdulillah ada rezeki tetapi dengan syarat penggunaannya.

Melalui internet semua informasi bisa diakses dengan mudah bahkan real time. Dan kita pasti sudah tahu kalau Mbah Google, Aki Yahoo dan mesin pencari informasi lain yang akan menjadi teman kesehariannya.

Tidak salah kalau ada guru yang mempunyai persepsi atau pemahaman demikian. Akan tetapi, kalau tanggung jawab transfer of knowledge lebih dari 25 % diserahkan kepada Mbah Google, Aki Yahoo dan mesin pencari informasi lain maka ini termasuk kategori tidak proporsioanal. Bahkan dapat dikatakan telah melalaikan tugas sebagai pendidik dan jauh dari performa guru ‘digugu dan ditiru’.

Seorang Bapak yang berprofesi buruh bangunan mengutarakan uneg-uneg-nya  dalam sebuah Talk Show bertajuk Indonesia ‘Pengakses Situs Porno Terbesar’ di Jak TV pada  tanggal 22 April 2015: “Gimana ni ya Pak saya sudah capek kerja seharian tapi karena anak saya ndak punya HP terpaksa nungguin di Warnet kadang-kadang sampai jam 12 malam untuk ngerjakan tugas sekolah, katanya harus pakai internet. Akhirnya karena kurang dana ya saya belikan bekas 200ribuan ?”.

Di  Talk Show itu ada  Gatot Dewa Broto (Pengamat Telematika) dan Zoya (Sexolog) tetapi oleh Host diserahkan  Devi Rahmawati (Pengamat Sosial) untuk menanggapinya. “Inilah butuh komitmen bersama. Sebenarnya kalau literatur atau buku sekolah diberdayakan sudah cukup jadi murid tidak perlu mencari atau mengandalkan informasi lain. Bukan tidak boleh tetapi internet itu hanya sebagai penambah saja bukan utama !”.

Ini untuk menjawab  pertanyaan: Gadget is My Best Teacher: Really ?.

Dalam kesempatan itu Zoya kurang lebih mengatakan: ”Pendidikan sex itu penting jadi perlu disampaikan dan diajarkan agar mereka (terutama anak-anak) tidak salah dalam memahaminya. Kita sudah lihat banyak korban berjatuhan gara-gara salah dalam memahami dan mengaplikasi soal sex”. “Kalau salah memahami dan mengaplikasi ya kejadian seperti pasien saya, dia ngomong: Saya ekskutif muda punya penghasilan sendiri, I happy and enjoy dan bayar what wrong ?”, lanjut Zoya.

Andaikan Penulis dalam posisi Zoya akan balik bertanya kepada sang pasien: ”Tolong dijawab dengan jujur, apa beda pertanyaan anda dengan statemen: Saya senang  miras bahkan hobby berjudi, toh itu uang saya bukan hasil korupsi tidak merugikan orang lain bahkan anak isteri sudah saya cukupi ?”.

Kita sudah banyak menyaksikan korban berjatuhan akibat salah dalam memahami dan mengaplikasi masalah sex. Dan kejadian menjadi lebih menyedihkan serta menyakitkan bagi korban juga keluarga menanggung malu disebabkan ‘habis manis sepah dibuang’ karena pelaku tidak mau bertanggung jawab.

Selanjutnya, dalam closing statement Gatot Dewa Broto mengingatkan dan mengajak kepada semua pihak untuk lebih mempunyai kepedulian terhadap masa depan anak-anak yang artinya masa depan bangsa Indonesia. Informasi yang sangat gampang diakses oleh anak-anak kita perlu diarahkan dan diawasi oleh orang tua agar informasi yang diakses benar-benar merupan informasi yang berkonten positif. “Sebagai orang tua jangan terlalu pede atau meyakini bahwa situs-situs yang diakses oleh ana-anak kita adalah selalu situs positip”, tambah Devi Rahmawati.

Ini untuk menjawab pertanyaan: Gadget is My Best Baby Sister: Really ?.

Sedikit menjadi bahan renungan kita; “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk” (Qs. Al Israa’:32).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline