Lihat ke Halaman Asli

Bunda.. Maafkan Aku

Diperbarui: 6 Mei 2022   11:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Seorang bunda, sungguh pintar memelihara rasa. Peka itu ditata, praduga itu diolahnya sedemikian rupa. Bijak dicobanya, lalu bila akan mengajukan tanya.. kerap pada tempatnya.

"Bunda.. kau ajarkan aku untuk tidak perlu merasa jumawa. Sebab karena terlena, kadang aku lupa. Maafkan aku bunda."

"Bunda kau berikan aku ragam bahagia. Sebab terpana, kadang aku terlambat menyadarinya lalu mensyukurinya. Maafkan aku bunda."

"Bunda.. aku adalah aku, bukan mereka. Aku jalani takdirku sendiri, meski akan sedikit atau mungkin justru jauh berbeda dengan mereka."

"Bunda.. maafkan aku, langkah-langkah tertentu itu yang harus aku ambil sekali waktu. Bukan aku bermaksud tidak menurutimu, sebab kadang jalan buntu itu mengujiku."

"Bunda.. maafkan aku. Ketika intuisi hati yang aku miliki memilih tidak, aku tidak perlu memaksakan kehendakku di apapun suasana."

Bunda.. belajar menerima apapun keadaan, tengah aku upayakan. Belajar memahami ragam situasi, akan aku coba teladani.

"Bunda.. maafkan aku. Putramu ini masih saja merasa butuh hadirmu itu."

"Bunda.. maafkan aku, kehilanganmu adalah satu hal inti yang akan selalu aku ingkari. Hingga detik kapanpun itu."

sedikit catatan, 06 Mei 2022




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline